Pagi yang cerah di Medan, secerah suasana hati kami. Setiap Sabtu saya dan mahasiswa saya punya agenda rutin MENABUNG (Menebar Nasi Bungkus) di lingkungan Kampus USU Medan dan jalanan di Kota Medan.
Hujan memang tidak turun pagi ini. Usai menghantar anak saya ketiga, Faruq yang pagi ini gagah dengan pakaian HW-nya ( HW : Hizbul Wathan - seragam kepanduan khas sekolah Muhammadiyah), saya meluncur memenuhi janji saya bermain dengan si Bungsu, Aisyah. Aisyah meluncur dengan sangat gemulai dan ceria dengan sepatu rodanya di Pendopo USU yang masih lengang. Hanya saya dan dua orang lain yang menyaksikan Aisyah meluncur mulus di Pendopo USU)
Pukul 08.00 formasi Panasbung (pasukan penebar nasi bungkus) sudah lengkap, meski satu orang lagi dikabarkan dalam status OTW (OTW kok status hehehe). Rizal, Reza dan Karim adalah panasbung yang saya miliki pagi ini. Yup, mereka sebenarnya sudah lama menunggu momen ini.
"Mengapa kamu mau ikut MENABUNG?" tanya saya pada Rizal.
"Ini bisa memupuk kepedulian Pak. MENABUNG juga mengingatkan saya untuk senantiasa bersedekah. MENABUNG juga bisa mengingatkan orang lain untuk berbagi pada sesama."
Good point, Rizal. Anak ini memang sedikit ngomong tapi jawabannya mantap kalau ditanya.
Tiga kreta (sepeda motor) meluncur menyusuri kampus USU. Tangan-tangan mulia pejuang kebersihan di Kampus USU yang rata-rata ibu-ibu mulai menerima sarapan berupa nasi yang dibungkus kertas coklat terikat karet gelang. Tangan-tangan mulia ini juga meluncurkan senyum manis dan doa-doa idah kepada kami. Indah betul hari ini, sudah cuaca cerah, banyak senyum renyah,pun banyak doa indah terbuncah.
"Sisa tiga bungkus. Yuk kita ke Jalan Mansyur (Jalan Dr, Mansyur dekat Kampus USU Medan)." Ajak saya pada 4 mahasiswa. Fahmi baru bergabung setelah status OTW nya dicabut)
Tidak sampai 5 meniit, kami berlima sudah tiba di depan sebuah pemandangan yang memilukan. Seorang Ibu dengan dua anaknya duduk di trotoar dekat Gereja St Yoseph Jalan Dr Mansyur Kota Medan. Suasana ceria yang kami nikmati hampir sejam di Kampus USU mulai sedikit berubah. Saya langsung menyodorkan tiga bungkus nasi sambil memperkenalkan diri.
Suasana tanya jawab awalnya berlangsung kaku dan seorang ibu yang menjawab pertanyaan saya dengan dua anak kecil disisinya masih berwajah sinis. Sang Ibu bahkan memperlihatkan sebuah Koran Lokal yang memberitakan kondisi dia. Sang Ibu marah karean diberitakan tidak sesuai dengan yang diucapkannya.
"Ibu kalau hujan berteduh dimana?"
"Di dekat Cafe itu, Om. Kalau malam tutup dan sepi, aku kesana" Sang Ibu menunjuk sebuah Cafe bertuliskan Gold Café.
"Sudah banyak yang tanya ini tanya itu ke aku, Om.. Bukannya aku diberi solusi, tenda dihancurin dan daganganku dirampas (sama aparat menurut pengakuannya)."
"Ibu, saya tidak mau memberi janji. Kalau boleh saya tahu, bila ada orang yang mau menolong Ibu, ibu pengen apa?"
"Ah, sudah banyak yang bilang mau nolong tapi sampai sekarang gini-gini aja Om."
"Ibu harus percaya nanti akan ada orang yang benar-benar mau menolong dan banyak orang baik di sini, Bu."