Inipun menjadi pelajaran bagi wartawan kami lainnya. Bahwa tidak ada ampun jika itu menyangkut produk jurnalistik. Tidak boleh main-main dalam menulis berita, memelintir fakta dan mempermainkan kata. Juga pelajaran untuk menghargai karya orang lain dan menulis sesuai fakta. Tidak asal copy paste. Tanggungjawabnya sangat besar. Terutama kepada pembaca.
Lebih dari itu, kejadian ini menjadi kado kejutan terbaik dari pembaca di HUT ke 17 Radar Bogor. Menjadi cambuk bagi kami untuk terus memperbaiki kualitas, terutama memperketat proses editing. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi.
Terakhir, kami juga menyatakan mencabut penayangan berita tersebut dari Radar Bogor. Kami mohon maaf kepada pembaca dan pihak-pihak yang merasa dirugikan atas kekeliruan tersebut. Demikian untuk dimaklumi. Terima kasih
Nihrawati AS
Pemimpin Redaksi Radar Bogor
[caption caption="Screenshot Komentar Pemred RD langsung di kolom komentar tulisan kompasiana (4 Nop 2015, 18:55)"]
Ini merupakan klarifikasi dari RB merespon tulisan saya. Menurut Pemred RB, beliau dari siang hingga malam banyak ditanya warga dan tokoh Bogor terkait tulisan saya yang tayang di Kompasiana kemarin. Dari tulisan beliau saya sudah merasa lega karena lewat kompasiana, koreksi warga bisa mendapat tanggapan yang seharusnya.
Seperti yang saya tulisa di komentar tulisan saya, saya diundang RB untuk datang ke kantornya untuk mendengar langsung dari Pemred terkait permohonan maaf dan klarifikasi. Akhirnya saya bertemu langsung Pemred RB Bu Nihrawati (Bu Ira), Kang Tegar, Redaktur Pelaksana dan Kang Ricki, editor Young Bogor.
Bu Ira pertama-tama menyampaikan permintaan maaf ke semua pihak. Saya juga membawa relawan kemanusiaan yang ikut aksi seperti yang diberitakan dalam tulisan saya lalu. Saya membawa mereka karena mereka ingin dengar langsung permintaan maaf dari RB dan sekaligus saya membuktikan juga bahwa saya tidak membuat berita fiktif. Mereka adalah aktivis relawan kemanusiaan yang juga sering membantu aksi-aksi kemanusiaan di Kota Bogor, khususnya dalam aksi peduli Bencana Kabut Asap.
Bu Ira mengatakan bahwa tulisan yang dicabut itu maksudnya tulisan tersebut dianggap batal atau tidak pernah diterbitkan RB. Bukan ralat, karena memang hampir semua isinya sudah melanggar etika kepenulisan yang mengutip karya orang lain tanpa menyebutkan sumber dan membuat wawancara fiktif. Dari sisi jurnalistik ini sudah merupakan pelanggaran fatal. Karenanya RB sudah mengambil sikap tegas kepada penulis. Adapun kepada editor atau penanggungjawab rubrik, Kang Ricki sudah menyatakan akan mengundurkan diri. Benar atau tidaknya Kang Ricki nanti tidak lagi sebagai editor di Rubrik YOUNG RADAR, saya serahkan sepenuhnya pada manajemen RB.
Kami sudah menyelesaikan masalah ini dengan kekeluargaan. Tulisan ini semoga mewakili, bahwa saya dan RD sudah tidak ada masalah lagi. Karena komitmen RD yang sudah dilaksanakan, dan juga adanya peluang ke depan bahwa komunitas relawan yang saya perkenalkan bisa mendapat pemberitaan yang tepat dan akurat dalam setiap liputan. Kejadian terdahulu ada beberapa kesalahan penyebutan nama, tertutupnya informasi pelaksana dan informasi yang tidak tepat dari peliputan acara komunitas, sehingga ke depan saya harap tidak ada kesalahan lagi. Dan saya seperti di tulisan terdahulu, tidak menuntut apapun, kecuali permohonan maaf. Dan itu sudah cukup bagi saya dengan mendengar langsung dari Pemred RB tadi siang.
Ada hikmah tersembunyi (Blessing in disguese) yang saya peroleh dari peristiwa ini: