Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Spiderman dan Cium Tangan Jokowi

19 Oktober 2012   15:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:38 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_212164" align="aligncenter" width="620" caption="Jokowi dan Bibit Waluyo bertemu di Acara Pelantikan Walikota Solo (Sumber Kompas.com)"][/caption] Dendam itu seperti racun. Ia akan mengendalikanmu dan membawamu ke situasi yang semakin buruk”

Peter Parker: Flint Marko. The man who killed Uncle Ben, he was killed last night. Aunt May: Oh, my. What happened? Peter Parker: Spider-Man killed him. Aunt May: Spider-Man? I don't understand, Spider-Man doesn't kill people. What happened? Peter Parker: I, uh... He... he was... I thought that - That you'd feel... He deserved it, didn't he? Aunt May: I don't think it's for us to say whether a person deserves to live or die. Peter Parker: But, Aunt May, he killed Uncle Ben. Aunt May: Uncle Ben meant the world to us. But he wouldn't want us living one second with revenge in our hearts. It's like a poison. It can - It can take you over. Before you know it, turn us into something ugly.

Itulah cuplikan percakapan dalam film Spiderman 3 yang baru saja usai tayang di Trans TV mulai pukul 20.00 malam ini (19/10/2012). Ungkapan Peter Parker tersebut seolah ingin mengabarkan “kebahagiannya” karena sudah “membunuh” orang yang selama ini membuat dia dan Bibinya sengsara. Rasa dendam membuat Peter sangat bernafsu membalas kematian Paman Ben. Tapi apa reaksi Bibi May? Justru Bibi May merespon sebaliknya. Bibi May mengingatkan Peter akan buruknya dendam dan konflik yang terus dipelihara dengan ungakapan :

… But he wouldn't want us living one second with revenge in our hearts. It's like a poison. It can - It can take you over. Before you know it, turn us into something ugly…

Ya, ungkapan yang sangat dalam. Dendam dan memelihara konflik takkan pernah menyelesaikan masalah Ia bahkan seperti racun yang akan terus menggeogoti jiwa kita dan mengendalikan pada situasi yang makin buruk. Dendam Peter Parker pada Marko dan Harry Osbor pada Spiderman membuat situasi semakin buruk. Lalu apa kaitannya dengan Jokowi?

Hari ini publik disentak oleh tampilan perilaku unik sekaligus langka yang dilakoni oleh Jokowi. Setelah beberapa hari lalu, publik disuguhkan gaya spontanitas Jokowi yang mengangkat gong membantu SBY dalam sebuah acara di Jakarta, hari ini Jokowi mencium tangan orang yang pernah berseteru sengit dengannya, Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah. Jokowi bertemu Bibit Waluyo saat menghadiri pelantikan Wakil Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menjadi Wali Kota Solo, Jumat (19/10/2012). (Baca Kompas.com : Jokowi Cium Tangan Bibit Waluyo)

[caption id="attachment_212165" align="aligncenter" width="620" caption="Jokowi mencium tangan Bibit Waluyo (Sumber Kompas.com)"]

1350660996404179120
1350660996404179120
[/caption]

Saya pikir Jokowi tak sedang bermanuver untuk menaikkan citranya. Jokowi sudah sangat baik citranya setidaknya untuk saat ini. Jokowi ingin memperlihatkan sebuah contoh bahwa ia bukanlah sosok pendendam, Ia tidak perlu meniru pimpinan partainya yang masih saja memelihara “dendam” dengan pesaingnya sehingga seringkali menghindar bila ada pertemuan bersama.

Meski Jokowi berdalih bahwa aksi cium tangananya adalah bentuk penghormatan pada “senior” namun ada sisi politis yang saya tangkap yaitu ia ingin menghapus “konflik” dan “dendam” yang pernah tertanam. Itulah sikap seorang pemimpin sekaligus negarawan yang sangat dibutuhkan rakyat saat ini. Meski Jabatan Jokowi saat ini selevel dan bahkan lebih prestisius sebagai Gubernur DKI Jakarta, sikap yang dianggap rendah hati oleh banyak kalangan tetap muncul secara spontan dari dirinya.

Rakyat butuh pemimpin yang menatap ke depan bukan terus menguak masa lalu yang kelam. Rakyat butuh pemimpin yang rendah hati dengan memulai meminta maaf daripada mempertahankan gengsi karena jabatan. Dan rakyat butuh pemimpin yang sigap, cepat dan secara spontan menunjukkan kepedulian yang tinggi daripada hanya terpaku pada protokoler dan menjaga citra.

Saya tutup tulisan ini dengan dua ungkapan yang dipetik dari film Spiderman 3:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun