Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasukan “Berani Mati” itu adalah Seorang Ustadz

7 Oktober 2012   10:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:08 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Agusman dan Pasukan Pemadam Kebakaran sedang mengendalikan api di Desa B4 Dadahup Kapuas (dok. Agusman)

“Pak, kita cari tempat shalat, sudah masuk waktu zhuhur.”

Itulah ajakan salah satu anggota Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Manggala Agni (MA) Kapuas Kalimantan Tengah yang mendampingi saya melakukan survei. Dari beberapa orang anggota MA Kapuas, baru kali ini saya diingatkan untuk melakukan shalat saat survei lapangan. Sangat jarang pendamping lapangan yang mengingatkan akan waktu shalat dan ikut shalat berjamaah di Masjid di banyak perjalanan saya melakukan survei. Sebaliknya banyak pendamping lapangan yang biasanya shalat karena segan dengan saya atau malah memang menolak shalat padahal mereka seorang Muslim.

Saya sangat terharu dan berkesan dengan ungkapan pendek dari anggota MA Kapuas itu. Selain mengingatkan shalat, beliau sangat santun dan berdedikasi dalam kerjanya. Bayangkan, berkendara sejauh 120 km dengan sepeda motor ke daerah Transmigrasi Dadahup Kapuas, beliau tidak berhenti kecuali ingin buang air. Disuruh minum pun beliau segan bila saya tidak menawarkan. Pendamping lapangan “sholih” itu bernama Agusman.

[caption id="attachment_210187" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Agusman dan pasukan Manggala Agni Kapuas bersiap berangkat ke Lapangan (dok. Agusman)"]

1349603751608028427
1349603751608028427
[/caption]

Pada siang yang terik itu, melalui medan yang sangat sulit, kami survei ke lahan bekas kebakaran lahan di Desan B4 Dadahup. Desa ini dulunya adalah kawasan Eks Proyek lahan Gambut Sejuta Hektar (Eks PLG). Di Desa ini, Pak Agusman beserta anggota Manggala Agni bersama polisi kehutanan dan warga setempat pernah terlibat memadamkan kebakaran lahan yang hampir menghancurkan rumah transmigran pada 11 September 2012 yang menghanguskan lahan seluas 4 Ha. Bak pasukan berani mati, jilatan api yang liar dan mematikan itu dapat dikendalikan. Pak Agusman beserta tim pemadam kebakaran lain akhirnya bisa memadamkan kebakaran di lahan gambut itu sekaligus menyelamatkan rumah pemukiman Transmigrasi Dadahup.

“Selain kerja di Manggala Agni, apa Bapak ada aktifitas lain?” saya mulai percakapan santai saat makan siang di sebuah warung makan.

“Ada, pak. Saya narik becak sampai siang. Habis itu saya mengajar TK Alquran.”

Pak Agusman antusias menjawab pertanyaan saya. Sebagai informasi, pasukan manggala Agni hampir semuanya berstatus tenaga kontrak (tahunan) yang masuk hanya pada saat piket sekali per minggu. Pada saat tidak piket itulah, Pak Agusman menjalankan tugasnya sebagai guru ngaji yang oleh banyak masyarakat disebut Ustadz.

“TK itu punya siapa, Pak”

“Saya mendirikan sendiri bersama istri, Pak. Yang mengajar juga sekarang tinggal kami berdua (Pak Agusman dan istrinya).”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun