Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sketsa Warga Kapuas (5): Berjibaku Menembus Jalan Berlumpur

25 April 2012   03:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:08 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_176902" align="aligncenter" width="448" caption="Pengendara bermotor di daerah Mantangai Kapuas terjebak di jalan berlumpur dibantu warga lainnya untuk lewat (dok. pribadi-24/04/2012)"][/caption]

“Ini masih lumayan, Pak. Biasanya lebih dari ini.”

Demikian ungkapan seorang warga Mantangai melihat kami dan beberapa pengendara motor keluar dari “jebakan” jalan berlumpur di Desa Mantangai Hilir Kecataman Mantangai Kabupaten Kapuas. Saya kaget mendengar ungakapn tersebut. Bagaimana lagi kalau kondisi terparahnya?

[caption id="attachment_176904" align="aligncenter" width="448" caption="Pengendara bermotor terjebak di jalan berlumpur (dok. pribadi-24/04/2012)"]

1335323868520422334
1335323868520422334
[/caption]

Saya dan Pak Gandi, seorang staf Mangga Agni Daerah Operasi II Kapuas sejak lepas dari kawasan kebun Sawit PT GAL harus melewati jalan berlumpur. Jalan tanah yang lunak ini semakin parah apabila turun hujan tiga hari berturut-turut. Walhasil, saya dan Pak Gani bolak-balik turun naik kendaraam, mendorong motor, bahu membahu melewati jalan berlumpur. Motor, baju dan sepatu harus rela kotor dengan lumpur sehabis mengangkat dan mendorong kendaraan keluar dari lumpur.

[caption id="attachment_176906" align="aligncenter" width="448" caption="Pengendara bermotor diarahkan warga untuk bisa melewati jalan berlumpur (dok. pribadi-24/04/2012)"]

13353239371156252755
13353239371156252755
[/caption]

Yang menarik, sesama pengendara motor yang melintas di jalan berlumpur, mereka saling bantu. Minimal ada diantara mereka yang memberi tahu jalan yang lebih mudah untuk dilewati. Bahkan ada diantara mereka yang ikut turun tangan mendorong dan mengangkat motor yang terjebak tak bergerak di tengah jalan berlumpur.

“Lewat sini, Pak, bisa…!” seru salah seorang warga menunjukkan jalur motor untuk bisa melintasi jalan berumpur.

Apakah warga yang menunjukkan jalan dan membantu mengangkat motor yang terjebak di lumpur itu minta bayaran? Tidak sama sekali. Gratis tanpa meminta apapun. Berbeda dengan fenomena beberapa tempat di kota lain, hanya untuk melintas di jalan berlubang yang ditutup tanah sekedarnya, banyak “pak ogah” yang meminta uang untuk pekerjaannya itu. Padahal  pekerjaan mereka tak membuat jalan berlubang itu beres.

Meski perjalanan terasa berat, namun melihat kesigapan warga sesama pengendara yang membantu kami keluar dari “jebakan lumpur” rasanya hati ini kembali terang. Warga Mantangai. Khususnya dari Desa Lamunti harus melewati jalan berlumpur itu saat musim hujan bila ingin menghemat waktu. Memang ada jalan lain, namun memutar begitu jauh melewati Blok Sawit A1 dengan jalan berbatu.

[caption id="attachment_176907" align="aligncenter" width="448" caption="Jalan yang melintasi kebun Karet di Mantangai Hilir Mantangai Kapuas (dok. pribadi-24/04/2012)"]

13353240161832215120
13353240161832215120
[/caption]

Selepas beres urusan dari kota kecamatan Mantangai, saya dan Pak Gandi memutuskan untuk tidak lagi melewati jalan berlumpur. Apalagi matahari sudah hampir menyentuh ufuk Barat. Kami memutuskan untuk memutar melewati jalan di perkebunan karet menembus Blok A1-A2 di Desa Lamunti untuk kemudian tembus kembali ke Blok G1.

[caption id="attachment_176908" align="aligncenter" width="448" caption="Jalan di ibu kota kecamatan (dok. pribadi-24/04/2012)"]

13353240981366251406
13353240981366251406
[/caption]

Itulah kisah melintasi jalan di areal Eks Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar (Eks PLG) di Mantangai Kabupaten Kapuas. Mega Proyek yang gagal di Era Presiden Soeharto menyisakan jalan-jalan desa dengan kualitas yang jauh dari infrastruktur desa yang berada di dekat kota.

Salam dari Kuala Kapuas!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun