[caption id="attachment_175630" align="aligncenter" width="448" caption="Kondisi Jalan Kabupaten dan Jembatannya di Kapuas Murung, Kapuas Kalteng (dok. pribadi-16/4/2012)"][/caption]
“Apa bedanya Pilkada (pemilihan kepada daerah) dengan Pil KB?”
Saya mengernyitkan dahi. Saya agak heran, mengapa diskusi saya, Pak Hasanudin, dan Sekretasis Desa SP1 Palingkau Jaya Kecamatan Kapuas Murung Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah, tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan sampai menyinggung pil KB?
“Tahu jawabannya, Pak? Pak Hasanudin menanyakan pada saya.
“Tidak Tahu, Pak” jawab saya
“Kalau Pilkada, sudah jadi, lupa. Kalau Pil KB, sudah lupa, jadi.”
Kami tertawa mendengar jawaban Pak Hasanudin, seorang anggota Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Manggala Agni Kuala Kapuas Kalimantan Tengah. Ternyata beliau berseloroh untuk membuat suasana menjadi segar. Selorohan ini mendapat tanggapan positif juga dari perangkat Desa SP1. Selorohan Pak Hasanudin cukup ampuh menghilangkan ketegangan kami setelah seharian patroli untuk memantau aktifitas masyarakat di lokasi rawan kebakaran lahan.
Salah satu kendala dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan adalah akses menuju lokasi kebakaran. Kebakaran umumnya terjadi di lokasi yang sulit dijangkau oleh kendaraan pemadam atau mobil. Bila tidak memakai mobil maka peralatan pemadaman seperti pompa penyedot air tidak bisa diangkut.
Seperti yang kebakaran yang terjadi di Kawasan Transmigrasi SP3 di Kapuas Murung. Menurut warga, tehun lalu pernah terjadi kebakaran lahan yang cukup besar. Warga akhirnya hanya terpana menyaksikan api berkobar menghanguskan kebun mereka, sebab lokasi kebakaran sulit dijangkau dan sumber air juga jauh.
[caption id="attachment_175631" align="aligncenter" width="448" caption="Jalan Desa menuju daerah Transmigrasi SP1 Kapuas Murung, Kapuas (Dok. pribadi-16/4/2012)"]
Memang semasa Kampanye Pilkada lalu, para calon bupati menjanjikan pengaspalan jalan di pemukiman transmigrasi ini. Namun, setelah terpilih, mereka lupa dengan janjinya dan jalan di desa mereka tetap saja buruk. Beum lagi jembatan yang melintas di daerah Kapuas Murung yang umumnya tidak diperbaiki setelah rusak. Nampaknya warga dengan swadaya sendiri memperbaiki jembatan denganra cara “menambal” mengunakan kayu Galam.