SISTEM CRM MAMPU MENCEGAH DOUBLE PLEDGING DALAM INDUSTRI Â FINANCE
Perkembangan teknologi memang pada akhirnya harus  bisa menjadi salah satu alternative solusi terbaik untuk sektor bisnis. Dimana keberadaan teknologi yang saat ini hampir masuk ke semua sektor industri, pada akhirnya memang mesti menjadi salah satu kunci sukses dari industri tersebut agar  bisa berkembang lebih cepat.
Sistem CRM Barantum hingga saat ini sudah bisa jadi alternative solusi mengatasi double pledging. Karena sistem ini mampu mendeteksi sistem otorisasi customer, sehingga data base customer  bisa tertata dengan baik. Dampaknya adalah, setelah data tersusun rapi, maka secara otomatis terjadinya double pledging bisa di cegah. Â
Bagi yang belum tahu tentang CRM, berikut pendapat dari para ahli soal  CRM. (Kala kota dan Robinson 2001). CRM menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan. CRM juga mampu membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut  (Laudon dan Traver 2002). Temporal and Trott (2001) menjelaskan CRM adalah kolaborasi dengan setiap konsumen. Dimana tujuannya untuk menciptakan situasi win-win dan  meningkatkan nilai kehidupan pelanggan setiap harinya agar menjadi loyal customer.
SAATNYA INDUSTRI PEMBIAYAAN MEMAKSIMALKAN TEKNOLOGI DIGITAL
Sebuah industri dikatakan memiliki prospek jika keberadaannya memang memberikan tren peningkatan. Inilah yang terjadi pada industri finance. Sekalipun masih seusia jagung, tetapi pelaku bisnisnya sudah mampu bersaing dengan sektor perbankan dalam penyaluran kreditnya. Seperti perusahaan ACC Finance dan Adira Finance.
(1) ACC (Astra  Credit Company) Finance,  dari 2018 angka penyaluran kreditnya sudah mampu menyentuh angka Rp25 triliun.  Sedang target manajemen ACC di tahun 2019 ini harapannya bisa  mencetak angka penyaluran kredit naik sebesar 5%. Ini sebuah bukti bahwa customer percaya dengan kinerja ACC Finance.
(2) Adira Finance, hingga September 2018, potensi kredit yang berhasil di salurkan kepada customer sebesar Rp28,2 triliun. Angka ini meningkat 19% dibanding periode sama 2017. Sedangkan total outstanding yang ada di 2018 naik 12% hingga mencapai Rp48,6 triliun. Adira Finance pun berharap 2019 bisa naik  5-10% dibanding periode 2018.
Menarik memang mengamati sepak terjang industri finance hingga tahun 2019. Jika kondisinya terus bisa dipertahankan bukan tidak mungkin sektor ini menjadi pesaing utama industri perbankan yang ada di Indonesia. Mengingat, minimal ada dua hal yang membuat customer lebih memilih sektor pembiayaan dibanding perbankan dalam mencari pilihan pembiayaan bagi dirinya.
Pertama industri ini mampu menjadi the best alternatif solution bagi customer ketika membutuhkan pembiayaan  dengan prosedur yang cepat. Kedua biasanya, sistem dan prosedur yang dijalankan oleh institusi ini sedikit lebih mudah dibanding apa yang di jalankan oleh sektor perbankan di Indonesia.
Kesemua hal di atas, salah satunya memang di sebabkan  lantaran sektor pembiayaan sudah bisa mengimplementasikan teknologi informasi dengan baik. Ambil contoh terkait dengan model bisnis Fintech (Finance Technologi)  yang saat begitu menarik perkembangannya. Sektor Fintech adalah contoh  bagaimana peran teknologi mampu meningkatkan kinerja dan perkembangan bisnisnya
Pada akhirnya, dengan melihat contoh yang terjadi pada sektor Fintech pada khususnya dan sektor Finance pada umumnya. Bahwa ke depan pemanfaatan teknologi sudah harus menjadi satu kebutuhan untuk semua sektor bisnis. Karena dengan tujuan tersebut, maka sebuah sektor akan bisa di kembangkan sesuai dengan perkembangan yang ada di pasar.
Â