Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Siapa Bilang Menangis Tidak Menyenangkan?

22 September 2016   14:05 Diperbarui: 23 September 2016   16:01 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://applecute0000.blogspot.co.id/

Mohon maaf pembaca. Saya tidak sedang mengajak kita semua bersedih. Namun perkenankan saya mengajukan pertanyaan, kapan terakhir kali Anda menangis? Sesaat yang lalu, satu jam, dua hari, satu minggu, satu bulan, tiga tahun yang lalu? Atau sudah lupa kapan terakhir mengalirkan airmata?

Tidak perlu malu apalagi gengsi untuk menangis. Menangis tak ubahnya “metabolisme” alamiah, sekaligus pada kondisi dan situasi tertentu, menjadi kebutuhan manusia yang memiliki perasaan. Dalam konteks fisik, air mata yang mengalir berfungsi seperti keringat atau urine yang membersihkan tubuh dari racun. Menangis menjadi aktivitas untuk membersihkan racun-racun yang akan terangkut oleh airmata.

Pada tahun 1957-an ilmuwan menemukan airmata yang keluar karena dorongan emosional memiliki komposisi kimia berbeda dari airmata yang keluar karena iritasi mata. Air mata karena iritasi memiliki lebih banyak protein dan beta-endorfin, salah satu zat penghilang rasa sakit alami yang diproduksi tubuh. Alasan seseorang merasa lebih baik setelah menangis adalah karena airmata mengeluarkan zat-zat kimia yang terbentuk saat ia mengalami tekanan emosional.

Intisari-online.com menulis, sebanyak 85 persen wanita dan 73 persen pria mengakui bahwa rasa marah dan kesedihan akan berkurang setelah menangis. Air mata tidak hanya diproduksi oleh perasaan emosional saja. Air mata juga berfungsi untuk membersihkan dan melumasi mata, yang menyebabkan iritasi mata dan menguap dapat menyebabkan produksi air mata meningkat. Meskipun menghasilkan air mata, namun air mata emosional dan air mata karena iritasi sebenarnya memiliki komposisi kimia yang berbeda.

Mengapa perempuan menangis jumlahnya lebih banyak daripada pria? Riset terbaru dari Lauren Bylsma, PhD, dari University of Pittsburgh yang dimuat Journal of Research in Personality pada 2011 memiliki jawaban. Tubuh perempuan secara biologis memiliki jumlah hormon prolaktin lebih tinggi daripada pria. Ahli biokimia, William Frey H. dan timnya menganilisis wanita dewasa cenderung memiliki kadar prolaktin serum hampir 60 persen di atas rata-rata dari pria. Perbedaan ini secara keseluruhan menjelaskan mengapa wanita lebih sering menangis, seperti dikutip KOMPAS.com dari Shine. Kandungan prolaktin ditemukan dalam airmata emosional, hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang berhubungan dengan emosi.

Di tengah tekanan hidup kaum urban yang mengalami burnout alias lelah berlebihan akibat kehidupan modern yang melemparkan manusia ke padang tandus beban fisik, mental, dan spiritual, menangis menjadi “barang” mewah yang jarang ditemukan. Entah disebabkan malu, gengsi, orang kok “baper”, tidak ada waktu untuk menangis, atau sejumlah halangan psikologis lainnya, kenyataannya setiap kali habis menangis perasaan seseorang merasa lebih lega. Dikaitkan dengan tekanan stres yang makin menindih kehidupan, manusia modern memerlukan lebih banyak airmata emosional.

Memang, menangis tidak selalu berhubungan dengan tekanan hidup atau kesedihan. Menangis bukan hanya respon tubuh terhadap rasa sedih dan frustasi. Menangis itu sehat.

Masih ingat James Gregory sahabat Nelson Mandela? Ketika apartheid mulai runtuh, Gregory mengawal Mandela bertemu dengan Presiden Afrika Selatan, dan pertemua itu menjurus pada pembebasan Mandela. Hingga akhirnya Mandela bebas pada tahu 1990, Gregory bersamanya. Mereka berangkulan sebelum berpisah. Mandela menyelipkan sebuah surat ke dalam saku Gregory: “Saat-saat indah yang telah kita habiskan bersama selama dua dekade berakhir hari ini. Engkau akan selalu berada dalam ingatanku.”

Mandela berjalan melewati gerbang penjara lalu melambaikan tangan sebagai salam kepada kerumunan orang yang menyambutnya, Gregory menangis menyaksikan itu semua. Detail lukisan perasaan macam apa yang tergambar dalam perasaan, hingga airmata pun tumpah, hanya Gregory yang tahu. Faktanya, ia menangis.

Airmata pun tumpah dari mata Soekarno, dua hari sebelum sang Pemimpin Besar Revolusi menuntaskan hidupnya, saat Hatta mengunjunginya. Diceritakan cukup apik oleh Ren Muhammad, pertemuan dua sahabat itu, dalam tulisan Air Mata di Sekitar Kematian Soekarno.

"Hatta..., kau di sini rupanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun