Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

[Puisi] Siapa Bilang Sepi itu Surga

9 Juli 2016   19:43 Diperbarui: 1 April 2017   09:04 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sepi | Sumber: http://oppe.heck.in/files/87a85cbbde0faf41603f10e8d.jpg

Wajahku mengelupas, melayang seringan kapas, menjelma asap, ambyar disenggol angin.

Aku mengukir wajahku di atas kertas, sepi jendela termangu di garis batas. Gerah mengabarkan matahari garang menikam orang-orang di jalan.

Huruf tak rela menjalin kata. Kata tak sudi merangkai kalimat. Kalimat semburat menerima kabar. Katanya besok kiamat.

Kertas kosong mengejekku. Oh begini rasanya disiksa deru ombak sedangkan dada rasa hampa.

Aku mengutuk sumpah serapah. Huruf diam tanpa bahasa. Asap melayang depan mataku. Aku bentak, "Mana nyawamu!" Pada batu sepi huruf ganti menghardikku. "Apa maumu!"

Kata ditinggal makna seperti laron berhamburan. Lampu neon dicumbu dalam remang. Laron mati. Terbakar panas dirinya sendiri. Entah kapan hidup lagi.

Siapa mencari kemerdekaan di luar dirinya, ia sedang menggali tanah kuburan masa depannya. Siapa mencari kemenangan di dalam dirinya, ia sedang membangun istana raja. Ia menjadi pemimpinnya.

Aku terkesima. Wajahku mengelupas. Siapa bilang sepi itu surga. Padahal ia siksa mendera.

jagalan 09 07 16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun