Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Bercengkrama dengan Hujan

12 Juli 2016   06:36 Diperbarui: 12 Juli 2016   06:38 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: lamusatriste.deviantart.com

Lagi, selalu lagi, akan selalu lagi, hujan menurunkan tirainya. Ini malam lengkap dengan kursi tua menghadap jendela. Lampu neon sepuluh watt diayun resah.

Lagi, selalu lagi, akan selalu lagi, hujan menurunkan tirainya. Dari balik jendela rintik hujan butiran kristal. Didekap sorot lampu jalan yang mengejang. Daun melambai kelelawar melesat. Rindu rimbun tumbuh melebat.

Mengapa lagi, selalu lagi, akan selalu lagi, hujan menurunkan tirainya.Tak kenal musim untuk mengabarkan kelam. Di hati perempuan menggumam dendam. "Jangan kau beranjak pulang. Biar tumpas diriku terkelupas."

Berdentang. Satu kali. Menggema di lengang ruang yang telanjang. Tak beranjak ia. Hujan sudah reda?

Lagi, selalu lagi, akan selalu lagi, seperti bayangan siluman rindu datang dan pergi sesuka hati.

Perempuan tertawa. Baru saja dibunuhnya rindu, bersama denting tirai hujan, sampai rintik penghabisan.

kelutan 12 07 16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun