Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebenaran Melawan Kebenaran dan Viral Tak Kasat Mata

21 Januari 2017   01:46 Diperbarui: 21 Januari 2017   02:46 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.jawaban.com

Apa judul tulisan ini tidak salah? Semoga tidak karena hari ini kita sedang menyaksikan kebenaran melawan kebenaran—tanpa tanda petik di setiap kata. Bahkan kita bisa menambahkan situasi perlawanan itu, misalnya kebaikan melawan kebaikan, kejujuran melawan kejujuran, ketulusan melawan ketulusan, keyakinan melawan keyakinan. Silahkan Anda menambahkan sendiri seribu sifat baik manusia melawan seribu sifat baik manusia.

Peta perlawanan itu saking canggihnya bukan lagi putih melawan hitam atau ke-ma’ruf-an melawa ke-munkar-an. Pihak yang saling berhadapan itu menyodorkan kebenaranversi masing-masing. Bagaimana ini bisa terjadi?

Kita sebut saja beberapa nama seperti Buni Yani, Basuki Tjahaja Purnama, Novel Chaidir Hasan, Rizieq Syihab. Nama-nama ini melakukan aksi saling lapor atas perkara yang sudah kita ketahui bersama. Pelapor dan terlapor memiliki keyakinan atas kebenaran dari sisi mereka. Pelapor adalah pihak terlapor yang meyakini muatan kebenaran ada di pihaknya dan kesalahan ada di pihak lawan. Demikian seterusnya—mubeng muter seperti lingkaran setan tanpa ujung dan pangkal.

Saya tidak sedang secara khusus menyorot saling lapor ini dalam situasi menjelang pilkada DKI. Kita sudah sering menyaksikan situasi mubeng muter itu. Namun, sampai kapan bangsa ini terkurung oleh situasi adu kebenaran dan saling menuding siapa yang salah? Sampai kapan kita dijebak oleh subjektivisme kebenaran yang kita ciptakan sendiri sehingga kita selalu memetik “buah” pro dan kontra? Sampai kapan kita mengakui sifat “kanak-kanak” ini kalau sudah pro pada “pihak A” maka otomatis kontra pada “pihak B”? Sebaliknya, kalau pro “pihak B” pasti kontra dengan “pihak A”?

Sifat kanak-kanak mem-pro-kontra-kan yang dibangun secara subjektif itu bukan hanya terjadi pada skala yang luas dan melibatkan hajat hidup orang banyak. Dalam situasi pergaulan sehari-hari, atau di lingkungan organisasi kecil, “vibrasi pertengkaran nasional” itu menetes juga pada skala hubungan antar individu. Sekadar berbeda pendapat dengan pimpinan (yang bukan pemimpin) akan sangat mudah dituduh melancarkan “makar”, merebut kekuasaan, menanam pengaruh, menjalankan agenda penghancuran dari dalam dan sejumlah kecurigaan seorang pimpinan yang hanya pantas dilakukan oleh kanak-kanak.

Polarisasi Sopo Siro Sopo Ingsun

Kebenaran melawan kebenaran sedang menjadi viral tak kasat mata. Viral mental yang tanpa kita sadari telah menguasai alur berpikir, sikap berpikir, cara berpikir hingga menjadi “nyawa” setiap keputusan dan perilaku. Orang sedang sangat ingin berkuasa dan melanggengkan kekuasaannya—mulai skala lokal paguyuban penggemar bakso hingga skala nasional bahkan internasional—sehingga yang tercipta adalah polarisasi demi polarisasi.

Viral tak kasat mata itu bukan menimpa mereka yang bertarung di kancah politik saja—institusi yang terjebak oleh nafsu pragmatisme, dan cukup ironis ketika hal itu juga terjadi pada pendidikan, mengalami polarisasi kepentingan dan berakhir pada muara yang sama: nafsu mengeruk kekayaan dan berkuasa.

Polarisasi itu pasti menciptakan kegaduhan. Pro dan kontra adalah ekspresi kasat mata atas viral tak kasat mata. Bagi pihak yang sedang berkuasa polarisasi itu akan dikelola, misalnya dengan menyusun strategi sistematis untuk menaklukkan lawan dengan goal yang tidak terbaca sebagai penaklukkan.

Padahal itu semua merupakan perilaku yang menurut orang Jawa, sopo siro sopo ingsun. Siapa kamu, siapa aku. Emangnya kamu siapa! Inilah politik adigang adigung adiguna. Siapa berani melawan akan saya lindas! Dan ini semua bisa terjadi di skala lokal hidup sehari-hari hingga skala pertarungan politik nasional.

Menabung Dua Permasalahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun