Pagi berselimut dingin
Laki-laki bercengkerama dengan sungai, air, pasir
Kulitnya legam mengkilat
Disepuh matahari pagi
Embun dan keringat
Laki-laki pencari pasir
Memanggul hidup dalam sekeranjang tanah yang basah
Tidak untuk ambisi hidup mewah
Saat hari raya dan hura-hura kian mewabah
Lihat raut wajahnya
Tenang dan anggun bagai gunung
Mengabarkan keteguhan jiwa
Mateg aji sembahyang
Laku wirid harmoni tanpa bimbang
Kakinya mantab menjejak bumi
Langkahnya irama konstan meniti nada sunyi
Siapakah engkau wahai laki-laki berteman kicau burung sunyi?
Gegap gempita dunia ruang hampa
Air sungai mengalir manja
Jiwamu tegak menyapa semesta
Engkaukah kekasih Tuhan itu?
Bertelanjang dada melagukan syair duka derita
Mesra di kedalaman inti rasa
Mutiara cinta yang ketlingsut entah dimana
Dan para cerdik pandai berdebat siang malam merumuskannya
Triliunan butir pasir engkau tampung dengan keranjang usang
Menjadi bangunan kantor mall dan lantai suci rumah ibadah
Lalu mengusirmu saat kaki baru saja menginjak teras lantainya
pelosok kelutan 06.17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H