Sungguh baik hati kawan saya. Di tengah menjalankan ibadah haji ia menyempatkan diri berfoto selfie lalu mengirimkannya kepada saya. Pada mulanya satu atau dua foto. Hati saya bergetar juga menatap salah satu foto yang dilatarbelakangi lautan manusia di pusaran Ka'bah. Reportase foto itu ternyata berlanjut. Hampir di setiap momen ia melaporkan ritual haji. Disangkanya saya keturunan malaikat pencatat amal, sehingga kawan saya merasa eman setiap aktivitas di tanah suci berlalu tanpa sepengetahuan saya.
Membalas reportase dan silaturahim foto itu saya memotret seorang tukang becak yang sedang mengayuh becak. Saya send ke dia.
“Kok foto tukang becak?” kawan saya bertanya.
“Di Makkah tidak ada tukang becak kan? Tukang becak itu juga sedang ‘berhaji’,” jawab saya.
“Berhaji bagaimana?”
“Ia memang tidak sedang berada di Makkah. Tapi ia sedang melaksanakan 'haji’, meninggalkan rumah, anak dan istri untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang suami, mencari nafkah yang halal untuk keluarga, melakukan ‘tawaf’ keliling di jalanan kota, riwa-riwi sa’i mencari penumpang. Sambil hati dan perasaannya merindukan perjumpaan dengan Muhammad SAW…”
Setelah saya mengirim jawaban yang panjang lebar dan bikin puyeng itu kawan saya menghentikan reportase selfie ibadah haji dirinya.
Foto diri alias selfie bukan hal baru. Robert Cornelius adalah orang pertama yang melakukan foto diri pada tahun 1839. Foto yang diambil di Philadelpia, Amerika Serikat, menampilkan foto diri sang pionir daguerreotypedi depan toko keluarganya. Foto itu kini bisa dijumpai di Library of Congress Washington.
Fotografi kawin dengan telepon seluler dan internet (media sosial), lalu beranak selfie. Foto dengan tagar #selfie muncul pertama kali di Flickr tahun 2004 silam. Tidak menjadi viral di dunia maya karena teknologi kamera belum memanjakan penggunanya dengan fasilitas selfie. Adalah iPhone 4 yang menyalakan sumbu ledak foto selfie pada 2010—kamera depan terpasang di ponsel itu.
Tidak memerlukan waktu lama, foto selfie membajiri dunia maya. 800 responden anak muda, 91 persen dari mereka memposting foto selfie ke dunia maya, demikian ungkap Pew Research Centre di Amerika Serikat. Terjadi kenaikan sebesar 76 persen sejak tahun 2006.
Berhenti disitu? Tidak. Pada 2014 dalam satu hari sedikitnya satu juta foto selfie berhasil menggambar wajah pemotretnya dengan beragam gaya dan ekspresi. Data TechInfographic mencatat satu juta foto selfie dalam sehari itu diunggah ke Facebook sebesar 48 %, Whatsapp dan SMS 27 %, Twitter 9 %, Instagram 8 %, Snapchat 5 %, dan Pinterest 2 %. Jumlah persentase itu kini diperkirakan jauh lebih besar lagi.