Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sedetik Saja

1 Januari 2023   19:26 Diperbarui: 1 Januari 2023   19:30 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: (PEXELS.COM)

Ini malam batal hening. Riuh isi kepala  hendak meledak. Ada juga bayangan wajahmu melintas-lintas depan mata. Bertingkah antara ada dan tiada.

Serabut asap wajahmu meliuk melambai. Mata sayup tulang sendi lunglai. Nafas tinggal separuh. Sedemikian tega engkau menyodorkan nikmat yang sengsara.

Sedetik saja, sedetik saja, suaramu menempel di telinga. Entah berbisik entah mendesah: hujan badai porak poranda. Jiwa basah sukma gelisah. Setan-setan bersorak.

Apa maumu!
Jangan berjubah misteri jika adamu hadir begitu nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun