Saya dilarang "ikut campur". Kedalaman sungai mencapai lebih dari ketinggian orang dewasa.Â
Saya hanya terpaku di atas perahu. Pakaiannya basah kuyup. Sesekali ia menyelam untuk mencabut ranting-ranting yang nyangkut di bawah air.Â
"Membuka aliran sungai ini lebih mudah daripada membuka cara berpikir manusia," ucapnya sambil berenang menuju perahu. Â Â
Gerakan menjaga lingkungan hidup yang kini populer dikenal sebagai "Islam Hijau" perlu ditopang upaya edukasi terutama bagi anak-anak dusun Bajulmati. Taman Kanak-kanak Harapan dan Sekolah Dasar Harapan adalah ikhtiar pendidikan yang berbasis lingkungan dan kearifan lokal. Sayangnya, upaya ini kerap "terhambat" oleh formalisme regulasi model dinas pendidikan.
Namun, hal itu tidak menyurutkan tekad pengabdian Kang Izar dan para guru. Mereka berusaha untuk bertahan di tengah gempuran kapitalisasi pariwisata terutama sejak dibukanya Jalur Lintas Selatan (JLS) yang menghubungkan pantai Sendangbiru dan pantai Balekambang.
Kegigihan Kang Izar dan para pendidik di dusun Bajulmati memang jarang disorot mata kamera televisi. Mereka jauh dari label-label populer seperti ustadz, penggerak lingkungan, pendakwah. Bahkan pun kiprah sebagai "penjaga gawang" toleransi dan kerukunan hidup beragama akan tetap tersembunyi di bilik nurani penduduk dusun Bajulmati.
Sahabat saya ini tampaknya tidak memerlukan baju kehebatan sebagai ustadz, pendakwah atau sebutan apa pun. Ia menikmati dan berusaha mempertahankan dirinya sebagai manusia. Tidak lebih dari itu.[]
Jagalan, 10 April 2022 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H