Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Berkelana Tak ke Mana-mana

12 Juni 2020   21:08 Diperbarui: 12 Juni 2020   20:57 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PEXELS.com/Ryan Holloway

Siapa yang mengirim puisi bertabur cinta
Di tanah gersang pecah-pecah
Saat matahari menyalak garang
Tak seorang pun beranjak
Tidak juga bertanya-tanya
Siapa penyairnya

Di taman bunga puisi mekar
Bersama kupu-kupu yang menari
Tak seorang pun tersipu
Tidak juga menutup wajah malu

Lalu mengapa aku menguras air mata
Menyesali nasibnya yang gulita
Di tengah zaman maya
Ketika bayang-bayang hadir lebih nyata

Tak sempat hidup menikmati puisi
Dikejar dan diburu hingga mati
Untuk apa mengasah rasa
Bila bedil dan kuasa adalah raja segalanya

Menulis apa aku ini
Pura-pura berpuisi
Jiwa yang ngengleng 
Ditolak dan dimaki
Oleh dunia yang disesaki iri dengki

Sebiji puisi di bilik nurani
Aku kunci pakai gembok mati
Berkelana tak ke mana-mana
Setelah ini hanya entah yang bertanya-tanya

Jagalan, Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun