Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Sejarah Ramadan Menjalani Takdirnya

30 April 2020   20:26 Diperbarui: 30 April 2020   20:31 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak muda sedang tadarus Al-Qur'an di mushola Fath, Jagalan Kepatihan Kab. Jombang. Foto: Dok. Pribadi/ASS

Sejarah bukan melulu tentang masa lalu. Setiap jejak langkah yang tertinggal dan cakrawala yang membentang adalah sejarah. Hari ini, sejarah dimulai---setiap saat, setiap detik.

Malam itu Popong menatap langit. Sejak sore mendung mengambang pekat. Tidak dijumpainya bintang-bintang di langit. Padahal, adzan Isya baru saja terdengar. Malam yang gelap. Langit yang murung.

Laki-laki berambut gondrong itu masih berdiri di teras mushola. Kenangan masa kecil berkelebatan. Ini mushola, yang kini telah direhab menjadi model arsitek modern, tidak menyurutkan getaran kenangan masa lalunya.

Suasana mushola Al-Fath usai adzan shalat Shubuh. Foto: Dok. Pribadi/ASS
Suasana mushola Al-Fath usai adzan shalat Shubuh. Foto: Dok. Pribadi/ASS
Popong menyadari perjalanan waktu telah mengubah semua. Langgar yang menjadi gudang kenangan masa kecilnya itu dahulu bernama Al-Rahman. Terletak di desa Kepatihan Kab. Jombang. Bangunannya khas tahun 80-an. Tempat untuk wudlu masih berupa kolam air berukuran sangat lebar. Di sebelah utara ada sumur yang sumber airnya masih berfungsi hingga sekarang.

Dahulu, Popong bersama teman-temannya kerap mandi sore di sumur itu. Bergantian menimba air, lalu diguyurkan kepala teman yang jongkok di bawah.

Mushola itu kini berganti nama menjadi Al-Fath. Nama ini diambil dari H. Fatah, orang yang ngopeni mushola Al-Rahman selama puluhan tahun. Sepeninggal H. Fatah mushola dibenahi sehingga jamaah lebih nyaman melaksanakan ibadah shalat di sana.

Suasana mushola Al-Fath usai adzan shalat Shubuh. Foto: Dok. Pribadi/ASS
Suasana mushola Al-Fath usai adzan shalat Shubuh. Foto: Dok. Pribadi/ASS
Popong benar. Sejarah tidak pernah mati. Minimal, kenangan tentang jejak perjalanan selalu melekat di benak setiap orang. Ia bersyukur kenangan tentang masa kecilnya di mushola itu tidak pupus.

Popong tercenung. Bulan Ramadan tahun ini sungguh berbeda dengan tahun sebelumnya. Popong tidak hendak mengeluh atau menyalahkan siapa pun. Namun, ada yang musykil di hatinya. Jamaah shalat  ditata dengan shaf yang berjarak. Setiap orang membawa sajadah. Jumlah rakaat shalat tarawih dan witir pun disepakati cukup sebelas rakaat.

Dalam situasi pandemi Covid-19 orang-orang tidak lagi berdebat tentang bilangan rakaat shalat tarawih menurut "madzhab" NU atau Muhammadiyah. Jamaah mushola Al-Fath yang dikenal sebagai orang-orang NU, kini, tarawih dan witir sebelas rakaat sebagaimana orang-orang Muhammadiyah.

Tetap jaga jarak, berwudlu di rumah, membawa sajadah adalah upaya memenuhi standar kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Foto: Dok. Pribadi/ASS
Tetap jaga jarak, berwudlu di rumah, membawa sajadah adalah upaya memenuhi standar kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Foto: Dok. Pribadi/ASS
Kalau dipikir-pikir pertengkaran soal furu'iyah itu memang lucu. Sudah bukan zamannya lagi masyarakat digiring menuju polemik shalat Shubuh memakai qunut atau tidak; menata shaf  shalat dengan kaki menginjak kaki temannya atau cukup bersebelahan saja; setelah shalat bersalaman atau langsung wiridan; dan wiridannya dibaca keras bersama-sama atau pelan sendiri-sendiri.

Kekonyolan atau---maaf---kebodohan semacam itu tidak perlu diteruskan. Selain capek dan menguras tenaga, dalam situasi dikepung pandemi, lebih baik mengajak masyarakat bersatu, kompak, rukun dan guyub dalam jamaah kebersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun