Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dua Sisi Kecerdasan dan Uang Receh yang "Dimuliakan"

10 April 2020   15:58 Diperbarui: 13 April 2020   14:04 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang receh | Ilustrasi: Shutterstock/Agrandaiz Harahap via ekonomi.kompas.com

Diakui atau tidak, pada akhirnya wabah Covid-19 sedang dan akan memengaruhi roda perekonomian. Kita tengah dihadapkan pada penurunan penjualan barang dan jasa. 

Ribuan karyawan menerima keputusan pahit: PHK. Tidak berlebihan, kekhawatiran Indonesia dan perekonomian global akan mengalami krisis keuangan bukan mimpi di siang bolong.

Di tengah krisis keuangan Indonesia selalu didera arus dana keluar secara masif. Hal ini menyebabkan suplai dana di dalam negeri menyusut. Perbankan domestik akan mempertahankan dananya daripada melepasnya ke pasar. Perusahaan-perusahaan akan kesulitan memperoleh dana.

Belum lagi kita menghitung kredit macet. Penurunan penjualan barang dan jasa menyebabkan perusahaan, dan terutama Usaha Kecil Menengah, kesulitan membayar angsuran. 

Di sektor layanan jasa pun mengalami hal serupa. Dikutip dari CNBC Indonesia, tak kurang 700 hotel tutup karena efek korona. Gagal bayar dan kredit macet bisa memicu krisis keuangan.  

Bukan Tugas Otoritas Keuangan Saja

Apakah kita akan menyerah pada keadaan? Tentu tidak. Kita memiliki pengalaman menghadapi krisis keuangan tahun 1998 dan krisis keuangan global tahun 2008. Walaupun saat ini krisis keuangan dipicu oleh wabah Covid-19, pengamalan tersebut memberikan pelajaran berharga.

Kita tidak bisa sepenuhnya menyerahkan solusi krisis kepada otoritas sektor keuangan. Sebagaimana kita juga tidak bisa pasrah bongkokan kepada tenaga medis dan perawat untuk mengatasi wabah Covid-19. Namun, menyerah pada keadaan bukan pilihan tepat ketika pandemi ini menghajar hampir seluruh sendi kehidupan.

Yang lesu bukan sektor perekonomian saja. Keberlangsungan pendidikan, ritual peribadatan, layanan kesehatan, hingga aktivitas sehari-hari turut mengalami guncangan. Tidak ada yang tidak terdampak oleh musibah ini.

Karena itu, diperlukan kesigapan, kekompakan serta kecerdasan bersikap untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Bukan sebatas tugas otoritas keuangan saja, melainkan setiap sektor, setiap organisasi, setiap kumpulan komunal, setiap individu diharapkan berperilaku secara cerdas.

Kita bergerak dalam sistem kesadaran bersama bahwa setiap individu, baik yang memiliki otoritas di bidangnya maupun seseorang yang menjadi anggota masyarakat, mengemban peran dan fungsi yang sama, yakni sigap dan kompak saling mengamankan dan menyelamatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun