Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Parenting Zaman Darurat

11 November 2016   22:55 Diperbarui: 11 November 2016   23:03 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Achmad Saifullah Syahid

Mengapa Parenting Zaman Darurat? Apakah zaman sudah benar-benar darurat? Darurat yang saya maksud adalah darurat bermakna denotatif—bukan darurat konotatif. Kita berada di zaman darurat dengan makna, pengertian, fakta, realita yang menunjukkan situasi memang sedang darurat. Bukan untuk menakut-nakuti—kita dikepung situasi gawat darurat pendidikan, gawat darurat kasus kekerasan anak dan perempuan, gawat darurat perubahan iklim, gawat darurat narkoba, gawat darurat perpecahan politik, gawat darurat penggunaan Bahasa Indonesia, gawat darurat tumpulnya logika berpikir…

Di tengah situasi serba gawat darurat itu dimanakah kita dan anak-anak bertahan? Jawabnya berada di keluarga kita masing-masing. Keluarga bukan sekadar rumah yang diisi oleh ayah, istri dan anak. Bukan sekadar tempat berkumpul selepas jam sembilan malam dengan membawa kepenatan masing-masing karena lelah bekerja atau beraktivitas sehari penuh. Bukan sekadar duduk bersama di ruang keluarga tapi fokus sendiri-sendiri pada layar gawai.

Ketika lingkungan di luar rumah bagai neraka, keluarga adalah surga tempat kembali. Di saat itu ayah bukan lagi seorang anggota partai. Ibu bukan lagi seorang wanita karir. Anak bukan lagi seorang siswa atau mahasiswa. Saat berkumpul bersama keluarga fungsi sosial itu untuk sementara waktu dilepas, ditanggalkan, diselehke. Yang hadir, bertemu, dan saling komunikasi adalah manusia. Bukankah surga adalah tempat yang didambakan manusia?.

Berbagai bentuk komunikasi yang terjalin dalam keluarga adalah komunikasi antar dan sesama manusia—bukan misalnya, antara seorang ayah yang menjadi anggota partai dengan anak yang menjadi siswa sekolah. Dimensi fungsi sosial itu kadang tidak bisa dilepaskan begitu saja, namun komunikasi antar anggota keluarga tidak selalu harus dilandasi oleh status atau fungsi sosial saat melakukan aktivitas di luar rumah. Yang memiliki anak adalah seorang ayah dan ibu—bukan bupati, gubernur, menteri, atau ketua partai.

Pada situasi zaman darurat peran dan fungsi ayah sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai kepala kepala rumah tangga kerap tumpang tindih dan saling silang sengkarut. Dimensi kemanusiaan hangus terbakar api “neraka” darurat zaman. Alih-alih menjadi surga—situasi dalam keluarga panas dan memanas. Konsekuensi berbuah tragedi akibat harga diri dan martabat keluarga yang semakin pupus. Dalam kehidupan keluarga situasi gawat darurat juga kerap menimpa.

Di tengah raksasa situasi zaman darurat alangkah kecil “penampakan” buku Parenting Zaman Darurat. Kecil—karena ia adalah benih kesadaran yang kita tanam di atas tanah sawah diri kita masing-masing. Kecil—karena ia terlihat remeh, sepele, biasa-biasa saja namun justru itu ia menjadi sangat mendasar dan berharga. Kecil—karena ia adalah dunia dalam kepala yang berjarak secara terukur dari dunia di luar kepala yang makin memanas.

Karena menulis adalah menebar bibit kesadaran di atas sawah kita masing-masing, mengolah, merabukinya, dan semoga tumbuh menjadi pepohonan yang rindang. Di tengah zaman darurat ini kita menjadi manusia berdaulat—meninggalkan jejak kawruh buat keluarga, anak dan cucu. []

rumah ngaji 111116

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun