Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air Mata Hujan

26 September 2016   22:30 Diperbarui: 26 September 2016   22:42 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="https://kulihatkurasakudengar.wordpress.com/"][/caption]Seperti biasa ketika hujan menurunkan tirainya
Perempuan jubah putih meneteskan air mata
Ia tak cukup tahan menahan perasaan setelah tanah basah mengirim aroma hujan
Kursi tua kenangan tua: aku bukan perempuan tua

Di genggamannya batu warna hijau bercahaya
Zamrud tanda cinta setia
Walau hujan bermusim-musim memyapa
Tak luntur warna rindu di genggaman hatinya

Simpanlah zamrud ini, tanganmu yang hangat akan melukis kenang, memadamkan api murka
Aku pergi tidak jauh
Hanya menghilang di balik hujan
Dari balik setiap tetes air dari langit aku menatap wajahmu yang samar- samar

Perempuan jubah putih mengusap airmata di pipinya
Senja menggigil
Ia ingin menyelinap di balik hujan
Tak usah kembali ke dunia yang mengejeknya dengan penantian
Dari balik tirai hujan akankah rindu tuntas terlampiaskan

Seperti biasa ketika hujan menurunkan tirainya
Perempuan jubah putih meneteskan air mata

Jagalan 260916

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun