Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu yang Sederhana

22 September 2016   16:59 Diperbarui: 22 September 2016   17:02 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau bilang rindumu satu rupa
Tanpa wajah menor
Sederhana saja
Seperti api memanggil air

"Tidakkah hatimu panas dibakar rindu dendam?" perempuan bertanya di ujung senja

Burung pulang ke sarang
Senja selalu murung untuk dikenang
Cakrawala menelan bayang-bayang

"Pada pantai berkarang tidakkah Kau meraba pedih runcing hatiku yang bolong, oleh rongga kosong?"

Gunung karang angkuh memeluk ombak
Tapi ia sepi termangu setiap hari
Jadi tontonan langit yang tak kalah bisu

"Di bentangan samudera ini mengapa Kau tanam kakiku hingga dasar lautan?"

Menjadi saksi pulang pergi matahari
Dengan hati merintih-rintih
Demi penantian hingga mati

"Kemana perahu hendak berlabuh sedangkan ombak lautan tak setenang permukaan danau?"

Rindu yang katanya sederhana
Mengapa jadi begini perih

Jagalan 220916

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun