Lagi, selalu lagi, akan selalu lagi, hujan menurunkan tirainya. Ini malam lengkap dengan kursi tua menghadap jendela. Lampu neon sepuluh watt diayun resah.
Lagi, selalu lagi, akan selalu lagi, hujan menurunkan tirainya. Dari balik jendela rintik hujan butiran kristal. Didekap sorot lampu jalan yang mengejang. Daun melambai kelelawar melesat. Rindu rimbun tumbuh melebat.
Mengapa lagi, selalu lagi, akan selalu lagi, hujan menurunkan tirainya.Tak kenal musim untuk mengabarkan kelam. Di hati perempuan menggumam dendam. "Jangan kau beranjak pulang. Biar tumpas diriku terkelupas."
Berdentang. Satu kali. Menggema di lengang ruang yang telanjang. Tak beranjak ia. Hujan sudah reda?
Lagi, selalu lagi, akan selalu lagi, seperti bayangan siluman rindu datang dan pergi sesuka hati.
Perempuan tertawa. Baru saja dibunuhnya rindu, bersama denting tirai hujan, sampai rintik penghabisan.
kelutan 12 07 16