Masih ingat puisi Sitor Situmorang, “Malam Lebaran”. Bulan di atas kuburan? Puisi sangat pendek itu, konon, tercipta setelah ia tidak menemukan rumah Pramoedya Ananta Toer dan tersesat. Sitor melihat tembok putih. Penasaran ada apa di balik tembok itu, ia melongoknya. Ternyata kuburan. Selanjutnya, misteri kreativitas bekerja. Sitor mendapatkan dual hal: malam lebaran dan kuburan. Untuk mendapat kesan lebih mendalam Sitor menemukan perumpaan yang cocok, yaitu “bulan”. Selengkapnya kisah ini silahkan Anda baca di buku Proses Kreatif.
Peristiwa yang berlangsung hanya beberapa detik itu: melongok tembok kuburan, menghasilkan imaji yang cukup dahsyat. Ide, ilham, wangsit datang sekelebat. Sekejap saja. Bagai bayangan hitam yang melesat. Mengharu biru pikiran dan perasaan, menggerakkan jantung rahim kreativitas. Cara paling ampuh menangkap bayangan hitam itu adalah pikiran dan perasaan senantiasa waspada. Ning tapi isi.
Seorang peniru, plagiator, tukang copy paste tidak akan kuat berlama-lama dengan proses kreatif. Mereka cukup berbekal pisau short cut untuk mengiris karya orang lain sesuka hatinya. Fakta yang ironis di tengah keterbukaan informasi. Di mata mereka sebuah karya tak ubahnya buah apel yang bisa diiris dan dimakan seenaknya.
Saya menjadi maklum apabila gaya desain ditiru oleh pihak lain karena kreativitas sama sekali mustahil dicapai dengan jalan pintas. Justru peniruan itu memacu saya, Anda, kita semua semakin rajin dan waspada mengolah momentum kunci saat bayangan hitam ide melesat secara tiba-tiba.
Sedikitnya ada dua keuntungan yang kita peroleh: peniruan oleh pihak lain menjadi amal jariyah kita dan elan kreativitas makin terpacu. Semoga. []
Jagalan 08 07 16
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI