Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis dan Modal Utama Pengembaraan

12 Mei 2016   22:46 Diperbarui: 12 Mei 2016   22:51 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pengembara

Mbok jangan berlagak jadi orang kaya!”

“Justru karena aku tidak punya banyak uang dan tidak bisa membangun sekolah dengan gedung yang bertingkat. Justru karena aku sangat menghormati dan menjunjung tinggi mereka yang menjadi guru. Justru karena aku orang kecil dan pendidikan menjadi urusan orang-orang besar. Justru karena itu semua aku nekad bersedekah untuk pendidikan.”

Kalimatku tidak terbendung.

“Aku tidak tega melihat sahabat-sahabatku, para guru yang terhormat dan yang selalu dijaga Tuhan siang malam, difungsikan sebagai baut dan paku untuk bangunan pendidikan yang prakteknya akan berakhir dengan menindas harga diri kemanusiaan mereka.

“Tidak kuat perasaanku menampung jeritan hati nurani yang digelapkan oleh semakin tidak terkendalinya logika berpikir dan nalar yang sehat. Guru-guru itu, para sahabatku itu, terlalu suci hatinya sehingga mereka merasa tidak tega kepada pihak yang menggerus integritas kepribadiannya. Pilihan mereka hanya satu: terus menerus melapangkan hati setiap saat, demi menampung sampah-sampah logika dan kebijakan yang kontra produktif bagi misi pendidikan itu sendiri.”

“Mengapa mereka tidak melawan?” tanya sahabat saya

“Melawan siapa?”

“Melawan pihak-pihak yang kamu sebutkan tadi.”

“Tidak ada pihak yang perlu dilawan. Tidak ada orang yang harus dijatuhkan. Yang aku ceritakan tadi tidak harus melalui perlawanan terbuka untuk menyelesaikannya. Mereka berhadapan bukan dengan penyakit lokal. Mereka dikepung oleh gelap peradaban.”

“Kamu suka menyeram-nyeramkan persoalan,” tukas sahabat saya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun