Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencitrakan Kucing Sebagai Harimau

12 Mei 2016   15:06 Diperbarui: 12 Mei 2016   15:16 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baik bukan? Sangat baik dan layak kita dukung. Namun, sebagai calon wali murid kita perlu bersikap kritis. Hendaknya kita tidak terpukau dan mengamini begitu. Jangan terpana oleh penampilan luar. Kita harus mencermati esensi atau bahkan filosofi pendidikan yang menjadi pondasi di sekolah tersebut.

Bagaimana visi misi sekolah diterjemahkan dalam laku nyata program pendidikan? Bagaimana program-program itu dijalankan? Bagaimana integritas para guru? Bagaimana rasionalitas mekanisme program itu dijalankan sehingga sekolah mengklaim sebagai program unggulan?

Saya pernah menjumpai sekolah yang memasang branding program menghafal Al Quran. Tidak tanggung-tanggung. Strategi marketing dijalankan untuk mengesankan bahwa program hafalan Al Quran itu adalah program utama. Tamat dari sekolah tersebut siswa hafal al quran. Kesannya seperti itu.

Namun apa yang terjadi? Setelah dipelajari mekanisme pembelajarannya tidak mendukung untuk mencapai target hafalan. Siswa akan hafal saat lulus sekolah rasanya baru berhasil apabila turun mukjizat. Dalam kasus ini, program menghafal al quran adalah asesoris untuk menarik minat masyarakat.

Kita perlu berhati-hati, bersikap kritis, berpikiran terbuka sebelum menentukan pilihan sekolah untuk buah hati kita. Bukankah kita tidak ingin terjebak oleh branding sekolah yang mencitrakan kucing sebagai harimau? 

Pencitraan bukan dosa selama ia dibangun dengan mengedepankan integritas sekolah sebagai institusi pendidikan. Masyarakat dan wali murid hendaknya mengamati, mencermati, mengkritisi pencitraan yang dilakukan sekolah, terutama menjelang pendaftaran siswa baru, agar tidak ada pihak yang disesatkan.

Merancang dan membangun citra sekolah tidak boleh bersifat pragmatis. Ia harus memiliki arah dan target yang jelas dan terukur. Citra sekolah harus mengacu pada visi misi pendidikan. Jelas bagi kita, visi misi sekolah bukan asesoris. 

Gerakan pencitraan sekolah yang efektif tercermin dari kebersamaan warga sekolah dalam menjunjung dan mengaplikasikan nilai-nilai sekolah. Semua warga sekolah terlibat dan merasa kehadirannya di sekolah memiliki makna dan fungsi. Sehingga pencitraan sekolah akan mengoptimalkan dan menghargai seluruh potensi warga sekolah.

Apa artinya citra sekolah gilang gemilang apabila integritas sekolah keropos. Karena itu, pencitraan sekolah selalu mengedepankan sikap terbuka terhadap perubahan dan kejujuran menjalani proses pendidikan. 

Bagaimana, masih ingin memilih kucing yang dicitrakan sebagai harimau?  

Jagalan 120506

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun