Mohon tunggu...
Achmad Musyaffa Putra
Achmad Musyaffa Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Iman Ilmu Amal YAKUSA!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Menjadi Negara Fasisme

29 Januari 2023   05:22 Diperbarui: 29 Januari 2023   06:10 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fasisme adalah sebuah gerakan yang memperkenalkan gagasan tentang negara yang monolitik dan teratur di bawah kendali penguasa autokrasi. Istilah fasisme sendiri berasal dari kata fascio. Dalam bahasa Italia yang berarti bundel, yang artinya mewakili sekumpulan orang. Benito Mussolini (29 Juli 1883 -- 28 April 1945) adalah yang mencetuskan istilah fasisme untuk kali pertama. Dialah orang pertama yang menciptakan negara fasis satu partai, sekaligus menjadi contoh untuk semua yang hadir kemudian.

Menurut kamus Oxford, fasisme adalah sistem atau sikap politik sayap kanan ekstrem yang mendukung penuh pemerintah pusat yang kuat, secara agresif mempromosikan negara atau ras sendiri di atas yang lain, dan yang tidak memungkinkan adanya oposisi.

Selain Mussolini, Hitler juga salah satu tokoh yang menggemakan fasisme di dunia. Fasisme di Jerman dimualai saat Adolf Hitler (1889-1945) memimpin Jerman sebagai kanselir sejak 30 Januari 1933. Dia lantas mengambil gelar kembar kanselir (Kanzler) dan Fuhrer (pemimpin) setelah kematian Presiden Paul Von Hindenburg pada 2 Agustus 1934. Sebelum itu, Hitler bergabung ke dalam partai buruh Jerman pada September 1919 dan menjadi pemimpin propaganda.

Setahun kemudian, Hitler mengganti nama partai menjadi Nationalsozialische Deutsche Arbeiterpartei (NSDP) atau Partai Buruh Nasional-Sosialis Jerman, yang disingkat menjadi partai Nazi. Kemudian, pada Juli 1921 Hitler resmi dinobatkan sebagai ketua partai. Apa yang dilakukan Hitler saat memimpin Jerman punya kemiripan dengan apa yang dialakukan Soeharto, saat pelan tapi pasti merebut kekuasaan dari Presiden Soekarno mulai tahun 1965. Keduanya sama-sama menggunakan kekerasan untuk naik ke tampuk kekuasaan.

Sejarawan Hilmar Farid, Hitler menuduh komunis membakar gedung parlemen Jerman (Reichstag) dan menjadikan peristiwa itu alasan untuk merangsek maju, berkuasa dan membasmi orang Yahudi, Komunis, Sosialis, kaum progresif, gay dan lesbian, difabel, orang Gypsy, dan sebagainya. Sementara, di Indonesia Soeharto merangkak naik ke puncak kekuasaan dengan menuduh kaum Komunis sebagai dalang pembunuhan tujuh Perwira tinggi Angkatan Darat pada 1965. Hal tersebut dijadikan alasan untuk mengambil alih kekuasaan.

Tak hanya itu, Hitler dan Soeharto sama-sama memimpin dengan ancaman pembunuhan, penangkapan dan penahanan tanpa batas, penyiksaan dan tindak kekerasan untuk "mendisiplinkan" masyarakat atau menyingkirkan orang-orang yang tidak diinginkan. Keduanya berdalih melakukan kejahatan itu untuk kebaikan rakyat. Hitler menyebut tatanan yang ia bangun Neue Ordnung. Di Italia, Mussolini memakai istilah Ordine Nuovo, sedang di Jepang Pangeran Konoe menyebut Shintesai. Pada 1966, Soeharto memakai terjemahan bahasa Indonesia: Orde Baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun