Pesta demokrasi tahun 2014 lalu memberikan harapan baru bagi warga Negara indonesia untuk menjadi Negara yang sejahtera, aman, damai dan maju dalam segala aspek kehidupan. Pesta demokrasi itu pun dimenangkan oleh Joko Widodo dan Jusuf Kalla dari pasangan calon yang disebut Koalisi Indonesia Hebat, adapun yang menjadi lawan koalisi indonesia hebat ini yaitu Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa dari Koalisi Merah Putih.
Pesta demokrasi pun berlalu, dan saatnya partai-partai politik kembali mengubah kepengurusan internal partainyamasing-masing, tidak jarang pemilihan kembali kepengurusan partai politik membawa terjadinya perpecahan dalam perebutan kekuasaan. Setelah beberapa bulan lalu kita melihat dan mendengar Partai Persatuan Pembangunan terpecah menjadi dua kekuasaan, kini giliran Partai Golkar yang mewarisi hal tersebut dimana perpecahan ini terjadi karena adanya dua kekuasaan yang memiliki massa yang tidak jauh berbeda jumlahnya yaitu dari pihak Abu Rizal Bakri dan dari pihak Agung Laksono. Kisruh dualisme kekuasaan ini akan membawa dampak bagi kepercayaan masyarakat terhadap partai sendiri, masyarakat akan beranggapan bahwa sesama rekan seperjuangan saja menjadi musuh dan saling menjatuhkan satu sama lain dalam organisasi partai, bagaimana hubungannya dengan partai-partai lainnya yang tergabung dalam lembaga Negara. Dan tidak menutup kemungkinan kelak massa pendukung partai yang terlibat kisruh internal akan semakin berkurang dari rakyat sendiri.
Kisruh yang terjadi dalam internal partai membawa masyarakat juga berpikir negative dengan partai itu sendiri, bagaimana tidak, mengurus internal partai saja tidak becus dan kompak, bagaimana nanti kalau utusan dari partainya menang dalam pemilu selanjutnya, bisa hancur Negara ini. Mereka hanya akan sibuk mengurus partainya dan masyarakat tidak akan menjadi prioritas utama dalam hal membangun dan memperbaiki kehidupan rakyat. Perebutan kekuasaan yang terjadi dalam internal partai politik tidak terlepas dari sifat maniak kekuasaan yang diinginkan oleh para actor politik di indonesia, tidak heran jika setiap hari kita mendengar dan membaca perdebatan di media massa, semua actor politik dengan keras mempertahankan pendapatnya, sekalipun mungkin argumentasinya itu mereka tahu kurang tepat, tetapi tetap saja dengan keras mempertahankannya, hal inilah yang membuat permasalahan sulit terselesaikan dan berlarut-larut seperti tiada ujung. Seharusnya, sebagai actor politik lebih berwibawa jika memang pendapat dari kerabatnya lebih bagus dan realistis, mengapa tidak untuk dilakukan dengar sadar dan rasa ingin membangun dan memajukan Indonesia sebagaimana yang diharapkan. Negara kita sudah terlalu banyak perselisihan, kami sebagai rakyat kecil sangat perihatin melihat tingkah laku para actor politik yang hanya ingin merebut kekuasaan. Padahal, untuk membangun dan mensejahterakan rakyat tidak hanya dapat dilakukan melalui kursi istana kepresidenan, masih begitu banyak cara lain untuk mensejahterakan rakyat. Kami yakin 90% para actor politik Indonesia adalah orang-orang yang kaya dan bisa memberikanbantuan untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik dan maju. Jika memang semua itu didasari oleh niat yang tulus untuk membangun Indonesia, mengapa tidak menggunakan kekayaan itu saja untuk membangun panti asuhan lah salah satu contohnya, mengapa harus menunggu untuk berada di istana presiden terlebih dahulu.
Kekuasaan memang akan memberikan dukungan terhadap apa yang akan kita laksanakan dalam program yang telah direncanakan, tetapi jika program yang tersusun sangat baik dan logis serta semata-mata untuk kepentingan dan kesejahteraaan rakyat, maka bukan tidak mungkin sang penguasa memberikan jalan agar apa yang telah diprogramkan dapat terealisasi dengan baik pula. Intinya disini bahwa jika kita bekerja dengan ikhlas, baik dan professional maka akan selalu ada jalan untuk mecapai kesuksesan terhadap rencana atau program yang telah kita rancang. Jika hal ini dapat dilakukan oleh para actor politik kita dan tidak hanya merebut kekuasaan maka perpolitikan di Indonesia akan terlihat damai karena semua pihak sadar akan posisi dan tanggungjawab dan apa yang seharusnya dilakukan untuk mensejahterakan rakyat yang memang selayaknya menjadi prioritas utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga kita tidak akan menemukan teman seperjuangan menjadi musuh dalam kisruh internal partai karena adanya hasrat untuk berkuasa dan terpandang lebih oleh masyarakat. Hentikan perdebatan, hormati proses hokum dan patuhi keputusannya sehingga perpolitikan Indonesia berada dalam kondisi yang baik dan dipercaya oleh masyarakat sebagai wakil yang benar-benar diharapkan oleh rakyat untuk mensejahterakannya. Karena kepercayaan masyarakat adalah hal utama yang harus dimiliki oleh sebuah partai politik untuk menambah massa pendukungnya guna dapat berkuasa di Negara Indonesia, semua kekuasaan akan menjadi percuma bila rakyat sudah tidak menaruh kepercayaan karena rakyat adalah penguasa tertinggi dalam Negara demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H