Mohon tunggu...
Money

Tak Peduli Teman yang Penting Aman

20 Desember 2016   21:19 Diperbarui: 20 Desember 2016   21:26 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ سَأَلَ النَّاسَ أَمْوَالَهُمْ تَكَثُّرًا، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقِلَّ أَوْ لِيَسْتَكْثِرْ»  (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)[1]

Artinya: "Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasul SAW bersabda: barang siapa meminta-minta harta pada orang lain dalam rangka untuk memperbanyak (hartanya), sesungguhnya ia meminta bara api, maka hendaklah ia mempersedikit atau memperbanyaknya" (HR. Muslim).

Mengkaji hadis di atas  “janganlah kamu meminta minta harta kepada orang lain dalam rangka memperbanyak (hartanya)” ini bisa di singgungkan dengan realita zaman sekarang, banyak orang yang tergila-gila demi menghapai jabatan segala apapun di korbankan demi sebuah pekerjaan yang diimpikan. Kebanyakan orang-orang demi jabatan dia rela meminta minta pada atasannya. 

Apalagi punya orang dalam, pasti akan mudah menghapai jabatan yang di inginkan. Dengan modal Caper (cari perhatian) biasanya dilakukan di hadapan atasan supaya di kategorikan dia bisa dan giat dalam bekerja dan supaya cepat cepat dinaikan jabatan , padahal sesunggunya kinerja bekerja dia tidak bisa,dia hanya giat di di hadapan atasan atau bos dan ada juga demi mengapai jabatan yang ia inginkan dia rela meminta-minta kepada orang pandai atau dukun yang ia percayai bisa menaikan derajat martabat pekerjaannya biasanya dengan mempercayai jimad, lebih kejamnya supaya dia naik pangkat atau jabatan rela menjegal temannya sendiri ibarat “tak peduli teman yang penting Aman “ dengan meminta si dukun untuk menyingkirkan atau lebih familiar menyantet supaya tidak ada tandingannya biar cepat naik jabatan menurutnya begitu

Menjadi seorang pemimpin dan memiliki sebuah jabatan merupakan impian semua orang kecuali sedikit dari mereka yang dirahmati oleh Allah. Mayoritas orang justru menjadikannya sebagai ajang rebutan khususnya jabatan yang menjanjikan lambaian rupiah (uang dan harta) dan kesenangan dunia lainnya.Bagaimana tidak, dengan menjadi seorang pemimpin, memudahkannya untuk memenuhi tuntutan hawa nafsunya berupa kepopuleran, penghormatan dari orang lain, kedudukan atau status sosial yang tinggi pada manusia, menyombongkan diri di hadapan mereka, memerintah dan menguasai, kekayaan, kemewahan serta kemegahan.

Seharusnya orang yang berambisi menjadi pimpinan, kemudian berpikir tentang kemaslahatan umum dan bertujuan memberikan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan kepemimpinan yang kelak bisa dia raih. Kebanyakan mereka justru sebaliknya, mengejar jabatan untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.Betapa rakus dan semangatnya orang-orang yang ingin menginginkan jabatan ini

Kepemimpinan atau jabatan adalah amanah, sehingga orang yang menjadi pemimpin berarti ia tengah memikul amanah. Dan tentunya, yang namanya amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian tugas menjadi pemimpin itu berat, sehingga sepantasnya yang mengembannya adalah orang yang cakap dalam bidangnya. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang orang yang tidak cakap untuk memangku jabatan karena ia tidak akan mampu mengemban tugas tersebut dengan semestinya.

Dan sesunggunya orang yang memangku jabatan karena permintaanya, maka urusan tersebut akan diserahkan kepada dirinya sendiri dan tidak akan ditolong oleh Allah, sebagaimana sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abdurrahman bin Samurah di atas: “Bila engkau diberikan dengan tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun bila diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong)”. (Syarh Shahih Muslim, 12/208, Fathul Bari 13/133, Nailul Authar, 8/294)  

Dapat di simpulkan bahwa Kepemimpinan, jabatan, kekuasaan, dan kedudukan tidak boleh diberikan kepada orang yang memintanya, berambisi untuk meraihnya, dan menempuh segala cara untuk bisa mendapatkannya karena Kerasnya hukuman bagi orang yang tidak menunaikan kepemimpinan dengan semestinya, tidak memerhatikan hak orang-orang yang dipimpin, dan tidak melakukan upaya optimal dalam memperbagus urusan kepemimpinannya.

Bisa jadi apa yang di telah diperoleh dengan jalan yang bathil tidak barokah baik gaji maupun kewibawaan akan berdampak pada dirinya maupun keluarganya jadi seharusnya kalau kita memang mengiginkan jabatan seharusnya kita harus mmemperbaiki skill kerja kita,membangun team work yang baik, menjaga kepercayaan, bertanggung jawab serta kerja dengan baik. Kalau itu semua uda terpenuhi bukan kita yang minta malah kita yang di tawarkan untuk menduduki jabatan yang terbaik


[1] Riwayat Muslim hadits ke 1041.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun