Mohon tunggu...
Achmad lutfi Hardjodiwirjo
Achmad lutfi Hardjodiwirjo Mohon Tunggu... Mahasiswa - tulis apa?

oke, terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prioritaskan Kesejahteraan Mental, Selandia Baru Bantu Warganya Atasi Patah Hati dengan Dana 60 Miliar

27 Maret 2023   22:58 Diperbarui: 27 Maret 2023   23:08 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh  Sasin Tipchai/pixabay

 

Kampanye "Love Better" diperkenalkan oleh pemerintah Selandia Baru.

Tujuan dari kampanye ini adalah untuk membantu generasi Z yang mengalami kekecewaan cinta atau patah hati dan memberikan dukungan untuk mengatasi perpisahan.

"Love Better" merupakan program pencegahan utama yang ditujukan khusus untuk anak muda yang saling berbagi pengalaman nyata untuk membantu teman sebaya yang mungkin juga menghadapi situasi serupa.

Kampanye ini akan menghabiskan biaya sebesar NZ$ 6,4 juta ($4 juta) atau 60 miliar selama tiga tahun, yang dikembangkan bersama kaum muda, pakar kesehatan mental, dan pejabat pemerintah.

Tujuan kampanye ini adalah untuk memberikan dukungan kepada remaja agar dapat mengenali dan menghindari pelecehan serta belajar bagaimana mencintai dengan lebih baik. Tidak hanya itu, kampanye ini juga bertujuan untuk membantu para remaja pulih dari perpisahan dan hubungan yang rusak sehingga mereka dapat melanjutkan hidup dan menghadapi masa depan dengan lebih baik.

Kampanye pemerintah Selandia Baru ini memang tidak biasa, namun diharapkan dapat membantu para remaja untuk mengatasi masalah cinta dan hubungan yang sulit.

Seperti yang dilaporkan oleh wionews.com, kampanye ini telah muncul di berbagai media dan platform media sosial. Pemerintah Selandia Baru berharap agar penduduknya dapat diajak untuk mengadopsi praktik sehat dalam mengelola perasaan mereka, mengurangi rasa sakit akibat putus cinta dari hubungan yang tidak sehat, dan mendorong remaja untuk berdiskusi tentang pengalaman mereka setelah mengalami perpisahan.

Menurut penelitian tahun 2022, hampir 80% remaja berusia 16-24 tahun di negara tersebut telah terlibat dalam hubungan dan 87% dari mereka mengalami kegagalan, seperti merasakan kesedihan akibat putus cinta. Satu dari enam anak muda mengalami perkelahian fisik dan masalah emosional.

Tidak hanya itu, 68% dari mereka juga mengalami konsekuensi negatif akibat putus cinta, seperti depresi, perilaku seksual berisiko, kekerasan, kecemburuan, dan penguntitan.

Pemerintah Selandia Baru memiliki sejarah melakukan kampanye untuk mengatasi kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2021. Hal ini dilakukan karena tingkat kekerasan keluarga dan seksual di Selandia Baru cukup tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun