Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan strategi ini, karena hingga saat ini masih terbukti efektif di banyak pertandingan. Yang menjadi masalah adalah ketika operan-operan yang diluncurkan ke barisan pertahanan lawan menjadi sebuah kebiasaan. Umpan-umpan tinggi membidik kepala memang sukses diperagakan ketika penyerang asing bermain. Namun tidak banyak penyerang lokal di Indonesia yang memiliki tubuh layaknya pemain asing. Karena itu bola-bola udara kerap kali membuat tim kehilangan bola ketika penyerang lokal yang bermain.
Sebaliknya, sedikit sekali yang mampu memaksimalkan potensi kecepatan yang dimiliki oleh penyerang lokal. Pola serangan dari sayap umpan lambung membidik kepala penyerang asing telah menjadi kebiasaan bagi para pemain sayap, membuat opsi umpan terobosan jarang sekali terpikirkan. Karena itulah penyerang-penyrang cepat semacam Samsul Arif saat ini susah bersaing.
Sayangnya, cukup sulit mengatasi semua ini mengingat duduk permasalahannya adalah pada strategi pelatih. Penyerang lokal hanya dapat beradaptasi dengan strategi ini agar mendapat kesempatan bermain. Akhirnya, banyak penyerang yang memilih bertranformasi menjadi sayap yang memberikan umpan bagi penyerang asing di pertahanan lawan. Mereka yang harusnya dilayani akhirnya memilih melayani penyerang asing demi bertahan di kasta tertinggi liga Indonesia. Ironi memang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI