Tahun 2020 lalu merupakan tahun dimana wabah virus corona (COVID-19) ditetapkan sebagai pandemic oleh World Health Organization (WHO). Hamper setidaknya lebih dari 150 negara di dunia ini terinfeksi oleh virus corona salah satunya adalah Indonesia. Meningkatnya jumlah masyarakat yang terinfeksi dan dengan tingkat kasus infeksi harian yang tinggi menyebabkan pemerintah melakukan berbagai cara untuk memperlambat lajur kasus persebaran infeksi virus Covid-19. Salah satu cara yang ditetapkan pemerintah adalah dengan melakukan kebijakan PSBB yang mengharuskan masyarakatnya untuk bekerja dari rumah/work from home (WFH). Dengan diadakannya WFH, maka hampir sebagian besar masyarakat dan perusahaan terdampak sehingga memaksa mereka kehilangan pekerjaan serta menutup usahanya.
Salah satu cara yang dilakukan oleh banyaknya masyarakat untuk menambah pemasukan dikala pandemic adalah dengan berinvestasi di saham atau istilah yang sering kita kenal adalah bermain saham. Tetapi, banyaknya masyarakat yang hanya mendengarkan omongan orang saja dan tidak memiliki pondasi yang baik mengenai apa itu saham nyatanya mengakibatkan mereka mengalami kerugian besar atau dalam dunia saham biasa dikenal dengan istilah nyangkut lalu kemudian cut loss. Di dalam bermain saham, kita sebagai investor perlu mengetahui apakah saham yang kita beli memiliki teknikal serta chart yang bagus sehingga dapat memberikan kita keuntungan serta mengantisipasi adanya cut loss dan nyangkut.
Analisis teknikal merupakan cara untuk melihat tren suatu harga saham melalui patern dan dengan menggunakan grafik. Segala sesuatu yang terjadi di pasar saham nyatanya sudah mencerminkan harga dari suatu saham itu sendiri. Harga saham memiliki banyak sekali tren-tren yang dapat dilihat seperti bullish, bearish, dan sideways. Sebagai investor, kita perlu untuk mengikuti tren bullish pasar yang sedang terjadi hingga tren tersebut selesai dan ketika pasar saham sudah mulai menunjukkan adanya perubahan arah maka disitulah saat dimana kita harus keluar dari suatu saham.
Analisa teknikal selalu menggunakan chart agar dapat menganalisisnya. Investor yang murni berpegang hanya pada spek teknikalnya saja disebut juga sebagai Chartist. Ada banyak sekali jenis grafik yang digunakan untuk melakukan analisis teknikal suatu saham, salah satunya yang paling sering digunakan adalah Candlestick. Alasan mengapa ornag lebih sering menggunakan candlestick dalam menganalisa teknikal suatu saham adalah karena kemudahan grafik tersebut untuk dibaca. Grafik candlestick juga memuat harga pada saat pembukaan, harga saat penutupan, harga tertinggi suatu saham, dan harga terendah suatu saham.
Analisa teknikal mempunyai beberapa kegunaan di dalam melakukan trading yang diantaranya adalah:
*Mendeteksi trend atau pola yang sedang terjadi
Analisis teknikal biasanya dipakai untuk menganalisis harga berdasarkan data harga yang ada di masa lalu. Dengan menggunakan data tersebut, analis kemudian mencoba untuk melihat apakah terdapat suatu pola atau tren harga yang terjadi. Kemudian biasanya para investor mengikuti pola-pola yang terjadi untuk dijadikan acuan dalam membeli suatu saham.
*Membantu memberikan sinyal beli atau jual saham
Analisis teknikal mampu membantu para investor untuk menentukan keputusan mereka dalam menjual atau membeli suatu saham dan biasanya menggunakan bantuan indikator.
Analisis teknikal mempunyai banyak sekali tools yang dapat digunakan untuk membantu para investor di dalam menganalisis suatu saham. Contoh beberapa tools yang terdapat di dalam analisis teknikal adalah Trend Line, Rectangle, Fibonacci Retracement, dan sebagainya. Tools yang paling banyak digunakan oleh para investor biasanya dalah Trend Line. Trend Line merupakan garis imajinatif yang dibuat untuk memperlihatkan kecenderungan tren pergerakan harga suatu saham. Sebagai contoh, kita dapat mengetahui bahwa harga sedang mengalami tren naik (uptrend), tren turun (downtrend), ataupun tren mendatar (sideways). Dengan mengetahui beragam pola tersebut, maka nantinya kita dapat melakukan antisipasi kemungkinan akan terjadinya perubahan harga.
Indikator analisis teknikal merupakan formula matematis yang memiliki salah satu fungsi sebagai pembantu di dalam memberikan sinyal untuk membeli atau menjual saham. Terdapat banyak sekali indikator di dalam analisis teknikal dan yang paling sering digunakan adalah Moving Average, Moving Average Convergence Divergence (MACD), Relative Strength Index (RSI), Stochastic, Parabolic SAR, Bollinger Band, dan lain-lain. Masing-masing indikator tentunya mempunyai beragam karakter dan juga caranya masing-masing. Sebagai contohnya yaitu Moving Average yang biasa disingkat dengan kode MA, indikator tersebut dapat mengjitung pergerajan harga rata-rata dari suatu saham di dalam  rentan waktu tertentu. Seperti di dalam waktu 50 hari atau biasa disebut juga dengan MA50. Tata cara penggunaan indikator tersebut adalah dengan melihat posisi harga dan dibandingkan dengan MA50 tersebut. Ketika grafik harga memotong MA50 ke arah atas, maka sinyal tersebut akan dianggap sebagai sinyal beli. Sebaliknya, ketika grafik harga memotong MA50 ke arah bawah, maka sinyal tersebut akan dianggap sebagai sinyal investor untuk menjual sahamnya.
Bermain saham tentunya memiliki resiko tersendiri bagi para masing-masing investor. Terdapat investor yang sedang untung di satu hari, namun ternyata keesokan harinya investor tersebut mengalami kerugian. Kita sebagai investor dan mungkin calon investor dapat mencegah hal tersebut dapat terjadi yaitu dengan mempelajari analisis teknikal serta analisis fundamental suatu saham. Di dalam bermain saham kita tidak boleh memiliki prinsip egois serta rakus dengan memasukkan semua dana yang kita miliki. Sehingga nantinya ketika ada kejadian yang tidak diinginkan, maka kita masih memiliki cadangan uang untuk dapat digunakan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H