Bagi Kompasianer yang menjadi bagian dari penggemar film horor Indonesia sepertinya tak boleh melewatkan film Hidayah. Film horor bernuansa religi yang diproduksi Pichouse Films dan ClockWork Films mulai tayang hari ini. Disutradarai Monty Tiwa, film ini bakal mengajak penonton bioskop mengingat kembali kisah-kisah orang yang mendapat hidayah dalam layar kaca atau kisah nyata yang pernah termuat dalam majalah dengan judul serupa.
Dalam durasi 89 menit, film Hidayah bercerita tentang Bahri (Muhammad Fazzill Alditto) sebagai mantan narapidana yang mau mengubur masa lalunya dengan menjadi ustaz muda dan pindah ke Desa Mekarwangi. Di desa itu, Ia menyaksikan kejadian aneh dan gangguan gaib penuh misteri sejak diceritakan sahabatnya yang bernama Hasan (Alif Joerg).
Teman lama Bahri di desa tersebut yang bernama Ratna (Givina Lukita Dewi) juga terlihat menderita penyakit cukup parah jelang ajalnya. Teriakan Ratna memecah hening desa tiap malam sampai akhirnya Ia meninggal dunia. Tapi, arwah Ratna masih tidak tenang dan terus menghantui warga desa. Bahri sebagai pendatang di desa tersebut dianggap 'biang kerok' atas masalah demi masalah yang terjadi.
Akankah Bahri diusir dari desa atau justru sosoknya sebagai Ustaz dibutuhkan di sana? Mengapa hantu Ratna masih menyimpan dendam dengan warga desa? Siapakah yang akan mendapat hidayah atas kekacauan yang telah terjadi??
Dengan genre horor religi, film Hidayah menampilkan unsur pencahayaan yang minim. Suasana desa dibuat tampak gelap. Hanya tersisa lampu petromak dan obor-obor yang menghiasi visual film untuk menghasilkan kengerian pada adegan di desa.
Selain tata cahaya, original soundtracknya yang berjudul sama juga masih bisa dinikmati. Lantunan suara merdu dari Avia Athalia mampu mengajak penonton nostalgia atas lirik lagu yang menyayat hati. Meski versi layar kaca lagu Hidayah dahulu dinyanyikan oleh Desy Ratnasari.
Hanya saja, film Hidayah terlihat kurang berisi dari sisi cerita bila dibanding sinetronnya dahulu. Premis tentang sosok yang mendapat azab diakhir hayat karena tabiat buruk semasa hidup masih belum mendapat porsi yang banyak. Penonton hanya diberi petunjuk demi petunjuk dari kesaksian orang terdekat yang datang tiba-tiba.
Pengembangan karakter dari para tokoh yang terlibat pun tampak 'seadanya'. Naskah tak berani menguatkan kedalaman dari karakter-karakter warga yang bermunculan dengan kisahnya masing-masing. Karakter hanya ditonjolkan secara garis besar saja. Ibu Ratna, Hasan, Pak Kyai, dan teman-teman Burhan masih terlihat janggal untuk masuk pada unsur penokohan yang seharusnya juga bisa jadi bagian krusial.
Padahal sederet bintang muncul dalam film Hidayah dan mampu merepresentasi karakter-karakter warga desa dengan bahasa Sunda yang kental. Sebut saja ada Unique Priscilla, Dewi Yull, Joshua Pandelaki, Khiva Iskak, Fanny Ghassani, Revaldo, Ridwan Kainan, Nagra Kautsar Pakusadewo, Ami Asrizal Tankot, Baby Niken, Clay Nuari Hadinda, dan Arla Ailani.