Kesehatan menjadi aset yang paling berharga seperti keluarga. Aku pun mulai berpikir bahwa aku perlu punya asuransi kesehatan yang bisa melindungi diri sendiri dan keluarga yang masih hidup. Toh, pandemi masih terus berlanjut jadi perlindungan optimal yang maksimal harus direncanakan.
Alhamdulillah, dana darurat dari tabungan sudah bisa aku penuhi. Aku sudah bertekad untuk merencanakan keuangan pada hal-hal yang bermanfaat tahun ini, yaitu melalui asuransi. Bagiku, asuransi itu sesuatu yang mutlak dipunyai. Sebelumnya, aku memang sudah punya asuransi untuk asuransi jiwa dan asuransi kendaraan. Ternyata, dua asuransi tersebut tidak cukup. Ada asuransi kesehatan yang wajib dipenuhi. Aku pikir asuransi kesehatan bagai cara melindungi keluarga dan diri sendiri.
Usia yang terus bertambah akan berdampak pada kondisi fisik yang makin lemah. Bahkan, virus atau penyakit bisa datang kapan saja tanpa melihat umur. Bila tak ada proteksi, maka jangan sesal dikemudian hari.Â
Sepengalamanku pakai asuransi, tak pernah sia-sia. Ada manfaat yang selalu terasa untuk hari ini, esok, atau nanti. Apalagi bila punya asuransi kesehatan, aku pikir perlindungan terhadap keluarga bisa menjadi bukti sayang yang sesungguhnya. Itulah alasan bahwa proteksi untuk kesehatan kita menjadi hal utama atau sesuatu yang urgensi untuk dipenuhi.
     "Perlindungan kesehatan terhadap diri sendiri dan keluarga jadi resolusiku tahun ini!"
Selain memberi perlindungan diri dan orang lain, asuransi itu bisa mengurangi alokasi anggaran untuk tetap menerapkan pola hidup sehat. Apalagi buat orang-orang yang punya riwayat penyakit kritis atau para pekerja dengan risiko kecelakaan tinggi. Belum lagi bencana yang kadang terjadi tiba-tiba alias mendadak, kesehatan kita bisa terancam kapan saja.
Asuransi Kesehatan bikin Hidup makin Terlindungi
Ada pengalaman yang akan aku bagi kepada semua Kompasianer. Aku akan utarakan seperti apa strategiku dalam memilih asuransi sesuai kebutuhan bukan keinginan. Cerita ini aku bagikan supaya kita bisa lebih aware terhadap kesehatan dan mungkin saja bisa menambah wawasan agar kita tak pandang asuransi sebelah mata.
Tepat tahun lalu diawal 2021, aku sempat mengurus seorang om (paman) yang mengalami pendarahan di otak. Gejala awalnya datang tiba-tiba, kepalanya pusing setelah selesai mandi sore. Semua keluarga panik karena lama-kelamaan kondisinya tak sadarkan diri.
Aku yakin Kompasianer juga pernah mendengar keluhan seperti itu. Persis yang dialami komedian Tukul Arwana belum lama ini. Tiba-tiba saja tekanan darah tinggi, aliran darah tidak lancar, sel-sel otak tak mendapat oksigen dan makanan. Sampai sel-sel otak rusak dan mati. Kondisi makin parah karena pembuluh arteri pada otak pecah. Bisa dibayangkan, kehilangan fungsi otak dalam hitungan jam bisa menyebabkan kematian.