Kemarin dunia terlihat sangat indah
Dan denganmu merasakan ini semua
Melewati hitam putih hidup ini
Bersamamu
Bersamamu . . .
Lagu "Kemarin" yang dipopulerkan oleh grup band, Seventeen sudah tercipta sejak akhir tahun 2016. Herman Sikumbang menciptakan lagu ini tanpa tedeng aling-aling. Lagu ini sempat dianggap sebagai lagu kematian oleh sang vokalis. Anggapan itu terbukti seiring waktu yang berputar dinamis.
Kita mungkin tidak bisa menyimpulkan bahwa lagu itu bagian dari doa. Biasanya, lagu hanya dianggap sebagai bentuk hiburan dari lirik dan nada yang dinyanyikan. Bila memang ada kesamaan, itu hanya takdir yang memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan.
Lagu "Kemarin" kembali menggema didalam studio bioskop sejak 3 Desember 2020. Lagu ini mengiringi film dokumenter yang bercerita tentang perjalanan karier grup band Seventeen. Tentu masih banyak hal yang belum Kompasianer ketahui tentang awal mula hingga akhir dari kisah nyata Seventeen pada industri musik di Indonesia.
"Manusia boleh berencana, tapi Tuhan yang akan menentukan" Penayangan film sempat ditunda 3x. Rencana awal, film akan rilis pada Desember 2019. Berhubung pandemi Corona mulai ramai diperbincangkan, jadwal tayang mundur sampai 23 April 2020. Namun, tutupnya bioskop membuat film "Kemarin" dijadwalkan pada Agustus dan akhirnya baru terealisasi jelang akhir tahun ini.
Begitu banyak fakta menarik yang disambung dalam rangkaian visual dan audio menyentuh. Proses pembentukan untuk menjadi sebuah grup band terlihat berliku. Mulai dari pergantian vokalis sampai audisi.
Era genre musik pop melayu yang begitu kuat saat itu membuat Seventeen cukup tangguh dengan hadir mengusung genre pop rock yang berbeda. Hingga singel "Selalu Mengalah" laris di pasaran.
Untungnya momen pertemuan dan perpisahan antar personil Seventeen terungkap dalam Film "Kemarin". Sebagai sutradara, Upie Guava membuat film dokumenter ini bernuansa gelap. Tapi, konsep from zero to hero yang diusung sebagai bentuk perjalanan Seventeen cukup mengena dan natural. Ibaratnya "Semua bisa satu rasa, senangnya bareng dan susahnya dihadapi bersama"
Rumah produksi Mahakarya Pictures pun sangat cerdas menangkap momen dalam perilisan film ini. Bulan Desember yang kelabu tentu masih mengingatkan kita semua akan tragedi Tsunami Selat Sunda pada dua tahun lalu. Tepat 22 Desember 2018, Pantai Tanjung Lesung jadi saksi bisu peristiwa gelombang pasang dahsyat tersebut.