Setelah lulus dari universitas, Ia sempat membentuk grup Adriamos bersama sahabatnya. Unjuk bakat dihadapan produser pun ditolak. Amos Bardi tak gentar karena Ia tetap menggali potensi menyanyinya.
Amos Bardi menjadi penyanyi tetap di sebuah bar. Disitulah, Ia bertemu dengan Elena (Nadir Caselli) yang kemudian menjadi istrinya. Ada daya tarik tersendiri yang membuat hati Elena luluh terhadapnya.
Bakat yang langka itu mempertemukan pula Ia dengan maestro hebat bernama Suarez Infiesta (Antonio Banderas). Ia memperdalam kembali filosofi seni tarik suara. Sampai Ia berada di puncak popularitas yang telah dimimpikan sejak kecil.
Kalau ingin seperti orang lain, aku harus melakukan lebih baik dari mereka (Amos Bardi)
Film ini diproduksi oleh Picomedia sejak tahun 2017. Sebelumnya, buku otobiografinya juga telah dicetak pada tahun 1999. Dalam bukunya juga dijelaskan bahwa kekuatan diam saat bermusik bisa memenangkan suasana hati siapa saja.Â
Film The Music of Silence membagi 5 bagian untuk diikuti dari rentang waktu yang tercantum sebagai subtitle didalamnya (tahun 1958, 1973, 1978, 1989, dan 1993). Setiap tahunnya diceritakan pengalaman bermusik yang sudah mendarah daging dalam diri Amos Bardi.
Ia dapat mendengar dan merasakan suara-suara dalam alunan nada irama musik yang tak bisa dilihat dengan mata. Keterbatasan penglihatan membuat Ia tak malu meski perlakuan ketidakadilan kerap menghampiri dirinya.
Adegan yang paling menyedihkan yaitu saat Amos Bardi tak bisa melihat matahari dan ibunya (Luisa Ranieri) berlari untuk memeluknya karena saat itu Ia harus menjadi tuna netra.
Cerita dan latar tempat dalam film The Music of Silence cukup sukses menyentuh penonton. Iringan musik opera terdengar menggema sepanjang film.
Mungkin bagi kalian yang tidak suka opera hanya akan merasa suasana seperti di pemakaman atau alunan nadanya bisa membuat ngantuk. Tapi, film ini mampu membuka cakrawala dalam keheningan yang absolut.
Pesan yang disampaikan dalam film The Music of Silence masih relate dengan kondisi saat ini. Durasi hampir 2 jam mampu membuat penonton kembali menempatkan nilai-nilai kehidupan. Kita harus menerima keadaan meski ditengah keterbatasan.Â
Kita harus peka terhadap para penyandang disabilitas di luar sana. Cemooh atau hinaan tak pantas ditunjukkan kepada mereka. Para tuna netra juga tak pernah meminta belas kasihan.