Karya ini merepresentasi renungan atas kehidupan kontemporer sekarang. Ketika segala sesuatu dilakukan serba cepat, maka situasi bisa melahirkan kecemasan, kebingungan, dan kesepian. Keadaan seperti ini harus diatasi dengan suatu keyakinan dan keberanian untuk terus mencari, mengejar, dan merefleksi cahaya. Titik terang pada kedua bola mata perempuan muda adalah tanda adanya relasi bolak-balik antara sang penatap cahaya dan cahaya itu sendiri.
2. Juara 2 diraih oleh Nuttakarn Vajasut, berasal dari Thailand.
   Judul karya: Depressed
Penulis paling suka saat melihat karya ini sejak awal. Apalagi setelah membaca representasi dari karya yang menunjuk refleksi atas realita penderitaan yang sering dialami oleh siapa saja, terutama perempuan. Penderitaan itu dideskripsi sebagai akibat dari ulah sendiri atau yang diakibatkan oleh orang lain. Dalam karya terlihat bahwa si pelaku perlu membuat ruang imajiner sendiri sebagai suatu ruang pembebasan yang mengangkat penderitaan.
3. Juara 3 diraih oleh Chalita Tantiwitkosol, berasal dari Thailand.
   Judul karya: Supernumerary (Ploy)
Bagi awam mungkin terlihat aneh saat melihat karyanya. Tapi, dibalik karya ini tersimpan representasi bahwa keindahan perempuan tidak melulu berkait dengan kecantikan dan gayanya, tetapi juga berkaitan dengan status dan peran sebagai seorang perempuan dalam lingkungan terkait. Kesan gerak pada bibir, mata, tangan, serta jemarinya adalah tanda-tanda yang menyatakan bahwa begitulah yang terjadi atas diri seorang perempuan, yang lingkungannya menuntut agar dirinya harus pandai beradaptasi dengan lingkungan untuk melakukan beberapa peran dan pekerjaan berbeda pada saat yang sama.
Selain 3 karya tersebut, ada 4 karya yang mendapat penghargaan khusus juri seperti:
- Judul karya Keep Smile yang dibuat oleh Gunawan Bonaventura dari Indonesia. Karya yang dihasilkan dibuat dengan teknik hardboard cut. Teknik ini sudah dikuasai sejak ia masih menjadi mahasiswa. Pada karya-karya Gunawan, kita akan menemukan  dan  merasakan adanya kenikmatan serta kesenangan dalam proses yang penuh tahapan itu.
- Judul karya The Way of Harvester no.01 yang dibuat oleh Rattana Sudjarit dari Thailand. Karya yang dihasilkan dibuat dengan teknik hardground and aquatint. Pelaksanaan proses aquatint memungkinkan tercapai nada warna (tone). Teknik ini dipakai agar  kombinasi tercipta dengan berbagai macam efek teknis maupun estetis.
- Judul karya Middle of Nowhere yang dibuat oleh Praween Piangchoompu dari Thailand. Karya yang dihasilkan dibuat dengan teknik woodcut. Teknik yang disebut dengan cukilan kayu termasuk teknik cetak tinggi dimana permukaan plat cetak yang lebih tinggi yang dikenai tinta kemudian permukaan tersebut akan memindah tinta ke atas kertas.
- Judul karya Four Faces of Pashupatinath yang dibuat oleh Seema Sharma dari Nepal. Karya dibuat dengan teknik etching (viscosity). Karya ini menggunakan teknik cetak dalam yang juga disebut etsa. Hasil dari teknik etsa akan membuat karya punya detail serta kontur garis halus sampai kasar dan bersifat linear.
Untuk melihat ke-empat karya tersebut dan karya finalis lain, Kompasianer bisa segera datang ke Bentara Budaya Jakarta. Jangan lupa untuk swafoto disana dan sebar melalui media sosial bahwa seni grafis itu begitu kaya. Nikmati persembahan karya seni grafis supaya Kompasianer bisa terus narsis dan eksis.
JADWAL PAMERAN
Bentara Budaya Jakarta
25 April -- 5 Mei 2019
Pukul 10.00 -- 18.00 WIB
(Hari libur nasional pameran tutup)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H