Mohon tunggu...
Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger -- Challenger -- Entertainer

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Memoar "Kucumbu Tubuh Indahku" untuk Lebih Tegar

24 April 2019   10:28 Diperbarui: 24 April 2019   10:41 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kecil, remaja, dan dewasa yang dilalui membuat Ia bertemu dengan orang-orang yang memberi perhatian dan kasih sayang. Ada guru tari di sanggar Lengger, bibinya yang menjadi penjual ayam, pamannya yang berprofesi penjahit, seorang petinju bayaran, dan Warok (penari dalam seni reog). Perjalanan hidup Juno tentu menjadi pengalaman berharga yang memberi pembelajaran bagi semesta.

Kisah Juno kecil dimulai dari ketertarikannya menjadi penari lengger  lanang (tarian yang identik dengan perempuan, tapi dibawakan penari laki-laki). Ia sudah merasa ada sisi maskulin dan feminin yang merasuk dalam tubuhnya. Apalagi Ia pernah melihat kekerasan yang dialami oleh seorang lelaki yang berani meniduri penari lengger wanita.  

Juno memiliki trauma. Dari kehidupannya yang serba sendiri memaksa dia untuk berperan sebagai sosok bapak atau ibu untuk dirinya sendiri. Konflik batin terus bergejolak saat Ia harus bertemu dengan orang-orang disekitar. Orang-orang yang ditemuinya hampir sama, mereka haus akan kasih sayang.

Terik embun sejuta sentuhan
Pahit mengajuk pelengkap
Seribu satu perasaan
Bergabung setangkup senada

Namanya juga hidup. Pisah, pindah, dan mati itu biasa. 

Kehidupan ini harus disikapi dengan filosofi bijaksana. Begitu juga saat kita melihat kaum yang memiliki orientasi seksual berbeda. Sensitif memang rasanya terutama saat bicara topik ini di Indonesia. Sesungguhnya jika kita mau berkaca alias sadar, mereka seperti tak ingin terperangkap dalam tubuh yang menyimpan kenangan luka.

Kotak-kotak pada kaum yang termarjinalkan dalam film ini membedah stereotip awam. Mereka bilang wanita harus selalu feminin dan tampil gemulai dengan jari-jari lentiknya. Sementara lelaki harus terlihat berotot kuat supaya terkesan macho atau maskulin. Fix, Indonesia akan darurat edukasi mengenai toleransi jika hanya berpikir denial saja.

Dibalik pilihan masing-masing individu tersebut, tersisa dan tersirat trauma. Ada hal yang tak bisa dijelaskan bahwa sisi maskulin dan feminin terperangkap dalam jiwa. Ada yang merasa itu sebagai tantangan. Ada pula yang menyebut sebagai suatu keadaan yang tak bisa dipaksakan. Bagai duri dalam daging.

Dari situ, para pemeran dalam film Kucumbu Tubuh Indahku layak mendapat apresiasi. Olah tubuh yang menyatu dengan minim dialog mampu menunjukkan ekspresi serta penjiwaan kuat secara natural. Nyaris semua pemeran bermain dengan indah.

Visualisasi film Kucumbu Tubuh Indahku begitu memanjakan mata. Eksplorasi adegan begitu kaya mengisi setiap simbol cerita. Dengan tone warna sephia atau preset mampu menembus waktu dahulu kala. Departemen suara dan musik memberi sentuhan memukau yang berbeda. Sebagai komposer, mereka menghidupkan ritme film menemani perjalanan hidup dari masa ke masa.

Tubuh menjadi entitas yang sangat bernilai. Dalam setiap lekukan tubuh Juno tersirat suka dan duka yang menimbulkan rasa trauma. Dalam setiap gerakannya, terpancar perjalanan hidup manusia biasa yang mencari jati diri. Berarti, dalam setiap hidup yang terjadi pada kita akan memiliki cerita tersendiri dalam tubuh. Semua dipertentangkan dengan emosi dan ambisi tanpa ada yang empati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun