Mohon tunggu...
Achmad Gusfandy Akbar
Achmad Gusfandy Akbar Mohon Tunggu... Freelancer - Guru

Seorang pengajar di institusi pendidikan tingkat SD-SMA, yang mana aktifitas kesehariannya membersamai anak-anak remeja di lingkungan institusi maupun di lingkungan rumah. Kebersamaan dengan anak-anak remaja menjadi modal untuk semakin jauh mengenali dan mengetahui kehidupan remaja saat ini, terlebih dengan kemajuan tekonolgi yang sangat masif, membuat pendekatan remaja menjadi berbeda dari waktu ke waktu. Sehingga dapat berbagi kepada para pembaca seputar kendala, problem, tantangan serta solusi dalam menyikapi persoalan remaja.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengubah Kekhawatiran Menjadi Motivasi (bagian 2)

5 Juni 2023   10:30 Diperbarui: 5 Juni 2023   10:33 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bangsa Eropa yang memulai penjelajahannya ke belahan dunia baru di sebelah Timur melalui perairan, akibat adanya penguasa besar yang  berkuasa di dataran dunia tengah, sehingga menutup akses perdagangan barang dari dan menuju Eropa. Akibatnya, pasokan barang dagang ataupun makanan tidak sampai ke daratan Eropa, yang menyebabkan tidak berjalannya sirkulasi perdagangan.

Kondisi tersebut kemudian melahirkan kekhawatiran akan hidup bangsa Eropa yang semakin diujung tanduk. Namun, mereka tidak berhenti di situ, kekhawatiran yang ada justru menjadi bahan bakar motivasi untuk melakukan lebih. Sehingga dalam kurun waktu 3 abad (abad ke-16 hingga abad 19), bangsa Eropa berhasil menguasai jalur perdagangan baru. Juga mendirikan pos-pos perdagangan sentral yang menjadi pintu keluar masuknya barang.

Jika kita berkaca pada diri kita, apa yang menjadi kekhawatiran terbesar dalam diri kita? Hambatan seperti apa yang menghalangi kita untuk maju? Potensi apa yang kita punya agar dijadikan batu loncatan untuk menggapai masa depan yang ideal? Gambaran kehidupan seperti apa yang ingin kita capai? Itu semua merupakan bahan bakar yang tercipta dari kekhawatiran untuk menumbuhkan rasa motivasi yang tinggi.

Terkadang rasa kekhawatiran itu timbul akibat ketakutan menghadapi ketidakpastian di masa yang akan datang. Seperti ketakutan akan kekurangan harta, tidak memiliki pekerjaan, tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari, hingga ketakutan jika dirinya tidak ada yang mencintai.

Dari situ kemudian muncul hambatan dalam diri untuk maju. Baik disadari ataupun tidak, kita seolah terhalang untuk bergerak maju. Setiap ingin melangkah, seolah ada beban yang menahan kita. Menjadi sangat berbahaya jika kita tidak menyadari akan hal ini, justru semakin baik jika kita sadar akan hambatan tersebut.

Karena jika kita sadar akan hambatan yang dihadapi, sebisa mungkin kita upayakan potensi dalam diri, untuk menghancurkan hambatan yang selama ini menghalangi kita untuk maju. Inilah titik balik, momentum bagi siapapun untuk mengembalikan kondisi terbaiknya. Apa kemampuan kita? Apa aktivitas yang membuat kita merasa lebih hidup? Bagaimana mengembangkan kemampuan yang kita punya? Setidaknya pertanyaan tersebut akan menggali apa potensi kita.

Setelah menyadari potensi kemampuan dalam diri, setidaknya kita perlu refleksi diri dengan menggambarkan kehidupan ideal seperti apa yang kita inginkan dengan memaksimalkan potensi tersebut. Dengan begitu, potensi kita tersalurkan dengan baik dan tepat, kemampuan kita dapat teraplikasikan secara maksimal, kehidupan menjadi lebih terarah dan terukur.

Mengapa perlu digambarkan kehidupan yang ideal buat kita? Supaya kita dapat mengukur diri kita, dan menjauhkan diri kita dari ekspektasi berlebih terhadap sesuatu. Jika kita mengekspetasikan sesuatu secara berelebihan, dampaknya kita akan mengusahakan, bagaimapun caranya agar kita meraih impian tersebut. Namun berbeda jika kita menggambarkan kehidupan kita yang ideal, kita akan merasa lebih lapang dada akan hasil yang didapat, karena mengukur sesuai dengan kapasitas dan kemampuan diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun