Mengapa saya menulis tentang turkish Airlines? Karena ini adalah penerbangan terjauh pertama saya. Dan memang benar benar berkesan. Sebelumnya sudah saya tuliskan jadwal penerbangan saya dari Jakarta ke Istanbul dan begitu juga sebaliknya. Saya dan rombongan kebagian duduk di ekor pesawat. Sudah bisa dipastikan itu adalah kelas ekonomi. Meskipun kami berada di kelas ekonomi, kami masih merasa nyaman, perjalanan selama 11 jam pun terasa tidak begitu lama.
Menurut istri saya yang dulu kuliah di Turki, ternyata Turkish Airlines masih sama dan tetap menjaga pelayanannya. Makanannya sangat enak, karena disesuaikan dengan lidah orang indonesia, meski semua maskapainya orang Turki. Tapi... eh ada tapinya... ini sih ketika kepulangan. Jadi jadwal makan di pesawat yaitu 2 jam setelah lepas landas dan 2 jam sebelum mendarat. Pas pulang kan kita baru saja makan malam, sampai di pesawat disuguhi makan malam lagi. He... Alhasil tidak dimakan karena masih merasa kenyang. Jadi saya tinggal tidur, pas bangun udah gak ada itu makanan. Ternyata sudah diambil lagi... he.. he... (padahal waktu itu kalau kita minta lagi bisa sih. Tapi entah waktu itu pasrah saja).
1 hal lagi, perkara sholat Subuh. Pada saat kepulangan, ini yang menjadi tidak bisa mengetahui kapan waktu subuh. Karena jendela pesawat dibuat buram, jadi terlihat malam terus. Kemudian kita juga tidak mngetahui jadwal waktu sholat setempat. Akhirnya kami berikhtiar untuk melaksanakan sholat shubuh pkl. 05.30 waktu di jamtangan atau hanphone masing masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H