Tak perlu sedu sedan itu,karena memang telah habis air mata kami. Dan kini dari tempat yang berpuluh kilometer jauhnya dari Kota Bambu, saya mengingat-ingat kembali kenangan yang terpatri.
Berenang di kali Ciliwung yang memisahkan Kota Bambu dengan Tanah Abang hanya dilakukan oleh anak-anak yang mahir renang, kebanyakan dari kami berenang di kolam renang KONI di dekat Museum Prasasti.
Untuk rekreasi, kami mengunjungi pantai di Ancol, Taman Ria di Monas ataupun taman Ria Remaja di Senayan. Tapi tempat itu jarang kami kunjungi karena cukup jauh lokasinya dan memerlukan dana yang lebih.
Kalaupun kami memiliki uang jajan lebih,kami lebih suka menghabiskannya diarena permainan ketangkasan atau kami biasa menyebutnya 'ding dong' atau menonton film di bioskop Misbar dan Surya di Tanah Abang atau bioskop Seroni di Pal Merah.
Karena 'kedekatannya' dengan wilayah Tanah Abang, kami lebih sering menyebut jati diri sebagai anak Tenabang daripada anak Kota Bambu ataupun Petamburan. Karena waktu itu anak Tenabang 'ada nama' dan cukup disegani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H