Filsafat islam di era modern tersebut adalah suatu pergerakan yang yang memiliki pelajaran ilmu intelektual khazanah yang berasal dari gerakan pendahulu yaitu filsafat yunani yang di bentuk dalam Bahasa arab  yang secara resmi yang di pegang oleh khalifah al makmum yang berumur[813-833M]. pada masa tersebut Kaum intelektul islam  yang mempelajari filsafat tersebut lalu dikembangkan kebebasan berfikir oleh yunani tersebut dinamakan filosof tokoh Islam. Di antara tokoh tersebut mereka adalah al-Kindi yang dijuluki failasuf al-Arab, AlFarabi     dalam dunia intelektual Islam dinilai sebagai julukan al-Mu’allim al-Tsâny, Ibn Sina yang disegani dan memperoleh gelar kehormatan dengan sebutan al-Syekh al-Râ’is, Ibnu Rusyd yang layak   menerima gelar gelar julukan tersebut yaitu The Famous Comentator of Aristotle.filsafat tersebut    berpikiran secara pengetahuan di sekitar kita filsafat islam tersebut adalah termasuk salah satu rangkaian dari mata rantai pemikiran filsafat. Filsafat mempunyai rangkain rangkain sangat sangat pentinf untuk berpikir kepada sesuatu di dunia modern  ini seperti kita memikir sesuatu tentang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada sebelum kita
 Esensi tetntang filsafat islamÂ
Harus diakui bahwa orang Yunani itu sangat  berhak untuk  menyandang gelar kehormatan yaitu sebagai pencipta pemikiran filsafat dalam arti yang sesungguhnya. Akan tetapi dalam perkembangan yang dialami berikutnya ternyata filsafat Yunani semakin meredup. Akhirnya pada tahun 529 M. atas titah dari  Raja Justininus, karena terdorong sifat kefanatikannya terhadap kaum kaum  Kristen, menutup semua akademiakademi filsafat dan mengusir semua tokoh tokoh filosof dari bumi Yunani. Mereka terpaksa evakuasi kebagian daerah  Timur, yang sebelumnya sudah ada tempat  pusat-pusat kebudayaan ras  Yunani atas jasa Raja Alexander Yang Agung pada tahun 331 SM,9 seperti daerah Jundisyafur di Irak, Bachtra di Persia, Antokia di Syria dan Alexandria di Mesir. Peristiwa ini dapat diartikan bahwa peranandari negara  Yunani di bidang pemikiran filsafat sudah berakhir. Sejarah menuturkan bahwa daerah-daerah pusat kebudayaan Yunani ini dapat ditaklukkan oleh tangan tangan umat Islam pada masa pemerintahan syaidinah Umar bin Khattab dan Bani Umaiyah. Lewat daerah-daerah inilah terjadi kontak yang lebih lanjut antara umat Islam dengan filsafat Yunani yang memberikanÂ
Karakteristik filsafat islam
kedudukan yang tinggi pada akal. Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber utama yang sangat penting  dalam ajaran Islam untuk mendorong pemeluknya untuk berpikir yang matang  banyak dan mendalam. Kata-kata yang digunakan di al-Qur’an tersebut  dalam menggambarkan kegiatan bersifat  berpikir, ialah ‘aqala (45 ayat), nazhara (30 ayat), tadabbara (beberapa ayat), tafakkara (16 ayat), faqiha (16 ayat), tazakkara (40 ayat), fahima (beberapa ayat), Ulû albâb, ulû al-‘ilm, ulû al-abshâr, ulû al-nuhâ dan kata ayat sendiri. Perintah berpikir terdapat pula pada ayat-ayat kauniyyat yang mendorong umat Islam untuk memikirkan dan merenungkan kejadian yang terjadi di alam semesta. Demikian pula hadis-hadis yang cukup banyak untuk  memberikan kebahagiaan  penghargaan yang tinggi pada akal. Jadi, berpikir banyak dan mendalam adalah ajaran yang jelas dan tegas dalam Islam saat berfilsafat kelak. Jika filsafat dikatakan berpikir secara radikal dan mendalam, maka pengertian ini sejalan dengan kandungan isi al-Qur’an dan hadis, yang mendorong bagi pemeluknya untuk bisa berpikir secara mendalam tentang kalimat segala sesuatu sehingga ia sampai ke dasar segala dasartersebut, yakni Tuhan Pencipta alam semesta. Karena itu ada benarnya apa yang dikatakan Ibnu Rusyd bahwa filsafat bukanlah haram dalam Islam, bahkan sifat  hukum berfilsafat adalah wajib atau paling tidak sekurang-kurangnya dianjurkan. Sementara yang lainnya ada yang menyamakan kata filsafat dan filosof dengan kata yang sangat mendorong tentang kebaikan yaitu  hikmah dan hâkim yang ada, di dalam al-Qur’an.
Berpikiran filsafat tentang islamÂ
Perlu diingat bahwa pemikiran berfilsafat Islam adalah filsafat yang bermuatan dari  religius, namun ia tidak mengabaikan dari persoalan-persoalan  arti dari kefilsafatan. Jadi ketegasan temtang adanya filsafat Islam harus dilihat dari ajaran pokok-pokok agamanya. Karena pada hakikatnya jika tidak ada ilham al-Qur’an sebagai sumber dorongan kita berfilsafat, maka filsafat dalam dunia Islam dalam arti sebenarnnya itu tidak pernah ada. Sedangkan peradaban dan pemikiran yang ada dinegri  Yunani (juga lainnya) hanya sebagai pelengkap dari filsafat tersebut dalam mempercepat proses kelahirannya yang di negri yunani semata, dan filsafat itu harus berpikiran kritis tentang alquran tersebut di masa depan  dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H