Pernah dengar pepatah " Pengalaman adalah guru terbaik "? Pepatah ini bukan sembarang pepatah, lho. Faktanya, banyak tokoh -- tokoh penting yang sependapat sama pepatah ini. Sebut saja seperti Albert Einstein yang bilang kalau " Satu -- satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman ". Juga Julius Caesar yang berpendapat bahwa " Pengalaman adalah guru dari semua hal ". Selain dari perkataan tokoh -- tokoh tadi, pepatah ini juga telah dibuktikan secara sains dan erat hubungannya dengan otak kita. Setelah diteliti, Peristiwa belajar dari pengalaman ternyata merupakan salah satu kemampuan otak yang disebut Neuroplastisitas. Nah, gimana sih konsepnya Neuroplastisitas ini? Yuk kita bahas sama -- sama.
PENGERTIAN DAN CARA KERJA NEUROPLASTISITAS
Berdasarkan situs Verywellmind, neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi karena pengalaman. Singkatnya, otak kita dapat mengubah, mengembangkan, dan mengatur ulang jaringan saraf melalui pengalaman yang kita alami. Saat ini, diketahui bahwa neuroplastisitas memungkinkan otak untuk mengatur ulang jalur, membuat koneksi baru, dan, dalam beberapa kasus, bahkan membuat neuron baru. Neuroplastisitas terbagi dalam 2 jenis, yakni Functional Plasticity dan Structural Plasticity. Functional Plasticity adalah kemampuan otak untuk memindahkan fungsi dari area otak yang rusak ke area otak lainnya yang tidak rusak. Sementara Structural Plasticity adalah kemampuan otak untuk benar-benar mengubah struktur fisiknya sebagai hasil pembelajaran.Â
Lalu, bagaimana neuroplastisitas bekerja? Untuk memahami proses neuroplastisitas, kita harus kembali ke masa kecil kita. Beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan masa pertumbuhan otak yang pesat. Saat lahir, kita memiliki sekitar 2.500 sinapsis yang akan bertambah hingga 15.000 di masa balita. Sebaliknya, orang dewasa hanya memiliki sekitar setengah dari jumlah sinapsis tersebut. Saat kita memperoleh pengalaman baru dan bertumbuh, beberapa koneksi saraf diperkuat sementara yang lain dihilangkan. Proses ini dikenal sebagai pemangkasan sinaptik. Seiring berjalannya waktu, neuron yang sering digunakan mengembangkan koneksi menjadi lebih kuat dan tetap berada di otak. Sementara yang jarang dan tidak pernah dipakai akan mati atau dihilangkan. Dengan mengembangkan koneksi baru dan menghilangkan koneksi yang lemah, otak dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan.Â
Plastisitas berlangsung sepanjang hidup dan melibatkan sel-sel otak selain neuron, termasuk sel glial dan pembuluh darah. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari pembelajaran, pengalaman, dan pembentukan memori, atau sebagai akibat dari kerusakan otak. Meskipun dahulu orang percaya bahwa otak berhenti berkembang setelah usia tertentu, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa otak tidak pernah berhenti berubah sebagai respons terhadap pembelajaran. Dalam kasus kerusakan otak seperti stroke, area otak yang berhubungan dengan fungsi tertentu mungkin terluka. Namun, bagian otak yang sehat dapat mengambil alih fungsi-fungsi tersebut dan kemampuannya dapat dipulihkan.
MANFAAT DAN CARA MENINGKATKAN NEUROPLASTISITAS
Ada banyak manfaat dari kemampuan neuroplastisitas otak. Membiarkan otak kita beradaptasi dan berubah dapat meningkatkan kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru, kemampuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang ada, pemulihan dari stroke dan cedera otak traumatis, memperkuat bagian tubuh yang fungsinya hilang atau menurun serta perbaikan yang dapat meningkatkan kebugaran otak.
Selain memiliki banyak manfaat, neuroplastisitas juga dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Yang pertama adalah dengan merangsang otak melalui lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan belajar yang menawarkan banyak kesempatan untuk memusatkan perhatian, hal-hal baru, dan tantangan telah terbukti merangsang perubahan positif di otak. Hal ini sangat penting terutama pada masa kanak-kanak dan remaja, namun memperkaya lingkungan Anda dapat terus memberikan manfaat bagi otak hingga masa dewasa. Merangsang otak dapat dilakukan dengan mempelajari bahasa baru, cara memainkan alat musik, bepergian dan menjelajahi tempat-tempat baru, menciptakan seni serta kegiatan kreatif lainnya.
Aktivitas fisik yang teratur juga memiliki sejumlah manfaat bagi otak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga dapat membantu mencegah hilangnya neuron dan  berperan dalam pembentukan neuron baru di area utama hipokampus, bagian otak yang terlibat dalam memori dan fungsi lainnya.  Sebuah studi pada tahun 2021 menambahkan bahwa latihan fisik juga tampaknya meningkatkan plastisitas otak melalui dampaknya pada brain-derived neurotrophic factor (BDNF, protein yang memengaruhi pertumbuhan saraf), konektivitas fungsional, dan ganglia basalis (bagian otak yang bertanggung jawab untuk kontrol motorik dan belajar).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H