Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serat Kalatidha, Ajaran Ranggawarsita pada Zaman Kegelapan

8 Juli 2019   11:24 Diperbarui: 8 Juli 2019   11:33 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.webstagram.one 

SERAT Kalatidha yang merupakan gubahan Raden Ngabehi Ranggawarsita III melukiskan tentang keadaan Zaman Gemblung. Zaman di mana manusia dihadapkan pada pilihan dilematis yang merepotkan. Sehingga Zaman Gemblung bisa diidentikkan zaman bingung atau zaman kegelapan.

Kandungan Serat Kalatidha

Serat Kalatidha karya R.Ng. Ranggawarsita III yang ditulis dalam bentuk tembang macapat pupuh Sinom tersebut terdiri dari 12 pada. Berikut adalah kandungan Serat Kalatidha yang telah penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:

https://s1.bukalapak.com 
https://s1.bukalapak.com 

Keadaan negara yang demikian merosot. Karena tidak ada lagi yang memberi tauladan. Banyak yang meninggalkan norma-norma kehidupan. Para cerdik pandai terbawa arus zaman yang penuh keragu-raguan. Suasana mencekam. Karena dunia sudah penuh masalah.

Sebenarnya baik raja, patih, pimpinan lainnya maupun para pemuka masyarakatnya. Semuanya baik. Tetapi tidak menghasilkan kebaikan. Hal ini karena kekuatan zaman kalabendu. Justu semakin menjadi-jadi. Masalah semakin banyak. Pendapat orang satu negara berbeda-beda. 

Hati rasanya menangis penuh kesedihan karena dipermalukan. Karena perbuatan seseorang yang seolah memberi harapan. Karena ada pamrih untuk mendapatkan sesuatu. Karena terlalu gembira sang pujangga kehilangan kewaspadaan.

Karena terlalu banyak kabar angin yang beredar. Akan diposisikan sebagai pimpinan. Tetapi akhirnya justru ditaruh di belakang dan dilupakan. Sebenarnya kalau direnungkan. Apa manfaatnya menjadi pimpinan. Kalau hanya menebar benih kesalahan. Lebih-lebih bila lupa. Hasilnya hanya mengakibatkan kesusahan.

Menurut para ahli sastra. Sebenarnya sudah ada peringatan. Di zaman yang penuh musibah ini. Orang yang berbudi akan ditinggalkan. Demikian pula kalau kita perhatikan. Apa manfaatnya percaya pada desas-desus. Lebih baik menulis kisah lama.

Kisah ini bisa dijadikan cermin dalam menimbang hal-hal baik dan buruk. Sebenarnya banyak kisah lama yang dapat dijadikan contoh. Mengenai masalah-masalah dalam kehidupan. Setelah ketemu akhirnya bisa berserah diri pada kehendak takdir atas hal-hal elok yang terjadi.

Mengalami hidup pada zaman edan. Memang serba repot. Ikut edan hati tidak sampai. Kalau tidak mengikuti. Tidak kebagian apa-apa. Akhirnya bisa kelaparan. Namun sudah menjadi kehendak Allah. Bagaimanapun beruntungnya orang yang lupa. Masih lebih beruntung orang yang ingat dan waspada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun