Ingin kau pulang ke rahim ibu. Rumah kecil yang damai, meski menyeruakkan bau limbah. Manakala tiktak-tiktak jarum jam yang kau dengar, serasa alarm bom yang diletakkan para teroris di setiap sudut kota.
Serupa siang yang sejenak memberimu ruang sembunyi dari buruan angan, malam ini kau ingin berjaga di gendongan ibu. Sebab tidur hanya menjemput mimpi buruk. Tentang hantu yang meneror dengan kuku dan taring singa.
Hanya kepada ibu, kau labuhkan badai yang menggempur karang jiwa. Hingga terpahami kalau ibu seorang maharatu, yang akan meredam teror matahari hanya dengan setetes air dari goci cinta.
-Sri Wintala Achmad-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H