Proses VOC untuk menguasai nusantara amat panjang dan penuh rintangan. Mengingat tidak semua bangsa pribumi membiarkan VOC untuk mengendalikan politik di nusantara melalui kerjasama dengan para penguasa (raja) di dalam merealisasikan kepentingan yang saling menguntungkan.
Selain Sultan Agung, anak bangsa pribumi yang menentang VOC adalah Trunaja dan berlanjut pada Untung Surapati (Untung, Surapati, Surawiraaji, atau Wiranagara). Budak Belanda yang dikisahkan di dalam Babad Tanah Jawa telah bernyali melawan kekuasaan VOC sesudah melarikan diri dari penjara.
Suatu sumber menyatakan bahwa Untung Surpati merupakan seorang budak dari keluarga Pieter Cnoll. Namun sumber lain menyebutkan bahwa Untung Surapati yang masih berusia 7 tahun itu menjadi budak keluarga Edele Heer Moor sesudah dijual oleh Kapten van Berber dari Makassar.
Selepas remaja, Untung Surapati menjalin asmara dengan Suzanne, putri Edele Heer Moor. Akibat hubungan asmaranya dengan Suzanne, Untung Surapati yang telah berusia 20 tahun itu dipenjara oleh Moor. Berkat kerjasamanya dengan 60 budak yang dipenjara oleh Moor, Untung Surapati berhasil keluar dari penjara.
Menconangi Untung Surapati melarikan diri dari penjara bersama 60 budak, pasukan VOC menghujani timah panas hingga seluruh pengikutnya itu tewas. Karena nasib baik, Untung Surapati berhasil menyelamatkan diri dan bersembunyi di padang ilalang yang berada di tengah hutan. Di sanalah, Untung Surapati menggalang pasukan yang terdiri dari orang-orang Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu.
Sesudah pasukan tergalang, Untung Surapati melakukan perlawanan terhadap VOC. Dalam perang melawan VOC itu, banyak pasukan Untung Surapati yang menjadi korban. Karena tinggal 40 orang yang masih hidup, Untung meninggalkan padang ilalang di tengah hutan itu. Berlari menuju Cianjur dan berlanjut ke Cirebon.
Setiba di Cirebon, Untung Surapati beserta pengikutnya bermaksud mencari perlindungan pada Sultan Cirebon. Tetapi tujuan Untung Surapati itu dihalang-halangi oleh Pangeran Surapati, putra angkat Sultan Cirebon yang angkuh. Manakala terjadi perseteruan keduanya, Sultan Cirebon melerainya. Mengetahui Pangeran Surapati yang salah, Sultan Cirebon menghukum mati anak angkatnya itu. Sepeninggal Pangeran Surapati, Sultan Cirebon menyematkan nama "Surapati" pada Untung.
Terdapat sumber lain yang menyebutkan bahwa sebelum sampai ke tlatah Cirebon, Untung Surapati menerima tugas dari VOC untuk menangkap Pangeran Purbaya (putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten). Singkat cerita, Untung Surapati berhasil menangkap Pangeran Purbaya. Sungguhpun demikian, Untung Surapati tidak rela ketika Pangeran Purbaya diberlakukan sewenang-wenang oleh Vaandrig Kuffeler. Maka terjadilah perang antara pasukan Untung Surapati dan pasukan VOC di Sungai Cikalong pada tanggal 28 Januari 1684.
Ketika melewati wilayah Cirebon, Untung berkelahi dengan Pangeran Surapati, anak angkat Sultan Cirebon. Sesudah terbukti yang bersalah adalah Surapati, maka ia dihukum mati oleh Sultan Cirebon. Sejak itu, nama "Surapati" diserahkan oleh Sultan Cirebon pada Untung. Sejak itu, Untung dikenal dengan nama "Untung Surapati" yang bermakan "beruntung dan berani mati".