Ramadhan, Romantika, dan Keharmonisan Keluarga

BULAN Ramadhan penuh berkah. Bukan hanya bagi mereka yang berpuasa, namun pula bagi mereka yang tidak berpuasa. Bagi mereka yang muslim atau bagi mereka yang non-muslim. Singkat kata, bagi seluruh umat manusia di dunia.

Berkah bulan Ramadhan pula dirasakan oleh para pedagang sembako. Penjaja makanan kecil, kolak, dan dawet mendapat rezeki. Pengusaha catering mendapat untung. Banyak restoran dan warung makan kebanjiran pelanggan sejak buka hingga ambang imsya'.

Bagi warga negara yang ingin hidup dalam kedamaian, berkah puasa dapat dirasakan. Terbukti suasana politis yang mengharubiru kenyamanan warga sedikit mereda. Umpatan-umpatan di media sosial pun berkurang. Fakta ini menunjukkan bahwa banyak umat tengah mengendalikan nafsu amarah mereka. Suatu nafsu yang memicu kegerahan suasana dan berpotensi menimbulkan perselisihan.

Romantika Keluarga di Bulan Ramadhan

BAGI setiap keluarga, khususnya keluarga muslim, Ramadhan ditangkap sebagai bulan berkah Allah yang selalu dirindukan. Melalui puasa yang mereka amalkan niscaya mampu mengeratkan hubungan anggota keluarga. Romantika keluarga semakin mereka rasakan ketika berbuka dan bersantap sahur di ruang makan. Romantika keluarga semakin mereka sempurnakan ketika datang ke masjid bersama untuk berjamaah isya', tarawih, dan subuhan.

soloraya.com

Masih banyak romantika yang bisa dirasakan oleh keluarga muslim. Romantika itu tidak datang dari sesuatu yang besar, mahal, dan mewah; namun dari sesuatu yang kecil, murah, dan sepele. Berkat kasih sayang yang tulus dari jiwa anggota keluarga, sesuatu yang tampak sepele justru terkesan istimewa dan tidak ternilai harganya.

Banyak hal sepele yang sering diberikan, diungkapkan, atau dilakukan pada bulan Ramadhan oleh salah satu pada anggota keluarga lainya dapat menciptakan suasana romantis. Hal-hal selepe itu, semisal, seorang ayah yang membawa keluarganya untuk ngabuburit ke ruang publik; seorang ibu yang menyajikan menu buka dan sahur kesukaan anggota keluarganya; atau kedua orang tua yang membangunkan anak-anaknya untuk bersantap sahur.

Memertahankan Keharmonisan Keluarga

DARI suasana romantik yang tercipta di dalam keluarga, keharmonisan hubungan antara suami, istri, dan anak-anak akan semakin kohoh. Keharmonisan ini yang bisa mereka jadikan kunci penyempurna ibadah puasa. Sehingga seusai menyempurnakan ibadah puasa, jiwa mereka kembali pada suasana fitri.

https://tandapagar.com

Ketika keharmonisan tercipta, seorang pimpinan keluarga (suami) yang mendapat dukungan istri musti memertahankannya sesuai Ramadhan berlalu. Hal ini dimaksudkan agar berkah puasa yang dilimpahkan Allah senantiasa bersemayam pada jiwa seluruh anggota keluarga. Sehingga terciptalah keluarga yang didambakan. Keluarga sakinah, mawadah, warahmah yang senantiasa dalam kedamaian, diliputi rasa kasih sayang, dan senantiasa mendapat karunia-Nya. (Sri Wintala Achmad)