Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Saur", Seru Tetap Terkendali

18 Mei 2018   18:00 Diperbarui: 18 Mei 2018   18:31 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saur..., saur! Saur.., saur! Saur..., saur!"

Tidak sepeti hari-hari biasa. Pada setiap bulan ramadhan sebelum berkumandang adzan subuh selalu terdengar gugah-gugah (himbauan membangunkan orang-orang yang berpuasa) untuk bersantap sahur. Tradisi gugah-gugah itu bisa datang dari petugas di masjid atau sekelompok remaja yang berkeliling kampung sambil membunyikan kentongan.

Manakala mendengar gugah-gugah untuk bersantap sahur, seluruh umat Islam terbangun dari tidur. Merebus air, menanak nasi, menyaur, dan menggoreng lauk-pauk. Bagi keluarga mampu, sahur tidak lepas dengan buah-buahan semisal kurma, madu asli, telor ayam kampung, atau vitamin; agar dapat berpuasa dengan tubuh tetap sehat dan segar.

Bagi pelajar, mahasiswa, atau pengembara muslim yang tidak sempat memasak, bisa membeli menu sahur di warung makan. Mengingat setiap bulan ramadhan, banyak warung makan buka sejak jam 2 pagi hingga ambang imsya'. Sehingga, suasana sahur menjadi hingar bingar.

Kemeriahan Sahur Hendaklah Terkendali

Keseruan sahur yang diwarnai tradisi gugah-gugah pada umat Islam yang tengah berpuasa boleh-boleh saja. Akan tetapi, keseruan tersebut hendaklah terkendali. Artinya sewaktu gugah-gugah tetap menggunakan etika dan tidak terlalu menggangu umat beragama lain yang tidak berpuasa.

(vixion-sambi.blogspot.co.id)
(vixion-sambi.blogspot.co.id)
Agar kemeriahan sahur tetap santun, hendaklah para petugas gugah-gugah dengan berkeliling kampung tidak memukul semisal tiang listrik atau barang lain yang tidak enak didengar telinga. Selain itu, petugas gugah-gugah tidak perlu membunyikan petasan. Semua ini ditujukan agar suasana sahur memberi kenyamanan dan ketenangan, terutama di lingkup masyarakat yang heterogen.

Sahur, Refleksi Kesadaran Pribadi

Tidak semua warga kampung memiliki kesamaan dalam menyikapi waktu sahur. Sebagian kampung menyikapi saat sahur dengan gugah-gugah. Namun, sebagian kampung lain (termasuk kampung di mana penulis tinggal) tidak terdengar gugah-gugah. Kenapa?

(walkplus.pixnet.net)
(walkplus.pixnet.net)
Menurut salah seorang tokoh masjid bahwa sahur merupakan kesadaran pribadi. "Kalau umat Islam berniat puasa tentu berniat sahur. Kalau berniat sahur, ia pasti bangun tanpa dibangunkan," imbuhnya.

Dari jawaban seorang tokoh masjid itu, penulis mengetahui kenapa tidak ada tradisi gugah-gudah di kampung. Sekalipun tidak ada tradisi gugah-gugah, hampir semua penduduk kampung melakukan ibadah puasa. Bahkan tanpa adanya tradisi tersebut, suasana sahur menjadi lebih hikmat. Rasa syukur atas rezeki yang dilimpahkan Allah semakin menyentuh di dasar hati. [Sri Wintala Achmad]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun