SETIAP tindakan niscaya memiliki target yang akan dicapai. Sebagaimana di dalam melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, umat Islam niscaya memiliki target. Tanpat target, puasa yang tidak didasari motivasi kuat mudah tergoyahkan. Mudah membatalkan puasa ketika melihat segarnya minuman atau nikmatnya makanan di waktu siang.
Diyakini bahwa setiap umat Islam memiliki target berbeda saat melaksanakan puasa. Namun bagi mereka yang telah sampai pada pemahaman tertingi terhadap makna puasa niscaya menjadikannya sebagai media peningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah. Sungguhpun puasa sendiri bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan kesehatan  baik jasmani maupun rohani.
Karena berpuasa di bulan Ramadhan semata dipersembahkan bagi Allah, umat Islam tidak perlu membanggakannya di hadapan orang lain. Mereka pun tabu untuk memerlihatkan wajah pucat dan tubuh lesu pada siapapun. Mereka yang tidak berharap iba atau pujian dari pihak lain senantiasa menjadikan puasanya sebagai pengabdian total pada Allah. Imbalan dari Allah pun tidak mereka dambakan. Satu yang mereka dambakan agar dekat dengan Allah, Kekasih Abadi.
Meneladani Narayana
BAGAIMANA agar puasa di bulan Ramadhan mampu meningkatkan ketakwaan dan keimanan pada Allah?
Menurut pendapat penulis yang mengacu pada pergelaran wayang purwa lakon Narayana Winisuda oleh Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji Pamungkas, agar puasa dapat meningkatkan ketakwaan dan keimanan pada Allah hendaklah meneladani Narayana (Kresna, raja Dwarawati). Seorang sais yang mampu mengendalikan empat kuda penarik kereta Kiai Jaladara, yakni: Kiai  Bramasakti (merah), Kiai Jantaka (hitam), Kiai Sugriwa (kuning), dan Kiai Ciptawilaha (putih).
Dalam konteks puasa, Narayana melambangkan spirit dan tekad yang bulat. Kiai Jaladara melambangkan raga manusia. Sementara, empat kuda melambangkan nafsu manusia yakni amarah (Kiai Bramasakti), aluamah (Kiai Jantaka), Supiyah (Kiai Sugriwa), dan mutmainah (Kiai Ciptawilaha).
Karenanya bagi umat Islam yang puasanya dapat mencapai target dalam meningkatkan ketakwaan dan keimanan pada Allah seharusnya memiliki tekad bulat seperti Narayana di dalam mengendalikan kekuasaan keempat nafsu atas raganya. Tanpa mampu mengendalikan mereka, puasa tidak akan sampai pada tujuan utamanya.
Meneladani Kupu dan Dewi Sukesi
SIAPA tidak ingin dilambangkan sebagai seekor kupu dengan warna sayap yang anggun? Tentu semuanya ingin. Akan tetapi untuk dilambangkan sebagai seekor kupu yang memesona pada setiap orang tidak mudah. Karena sebelum menjadi kupu; ia harus menjadi telor, ulat yang menjijikan dan menakutkan, serta menjadi kepompong layaknya seorang pertapa.