Jam dinding masih mendetakkan jantung waktu
Namun huruf-huruf yang berloncatan dari buku harian
Belum kaurangkai menjadi kata-kata dalam puisi
Â
Kaulah penyair yang suka memboros-boroskan waktu
Tuk membebaskan terror detak jam di kepala, seusai
Gagal memaknai huruf-huruf menjadi serangkai bunga
Di pot porselin di meja ruang tamu istimewa
Â
Jam dinding masih mengisyaratkan bila malam belum rabun
Namun, kantuk telah menyeretmu ke ranjang igauan
:Â "Akulah penyair yang pingsan tertancap jarum jam!"
-Sri Wintala Achmad-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H