Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenang Jalur Kereta Api Yogyakarta-Palbapang (Bantul)

25 Maret 2018   09:19 Diperbarui: 25 Maret 2018   11:35 6367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADA masa silam, sebagian orang menyebut Bantul yang merupakan salah satu wilayah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut dengan Dul Negara (sebelah selatan Kota Yogyakarta). Sebagian yang lain menyebut Bantul dengan Palbapang. Suatu wilayah yang tidak bisa dilepaskan dengan riwayat hidup Ki Ageng Mangir yang akan datang ke Mataram untuk menghadap Panembahan Senapati (ayah Retna Pembayun), mertua dan sekaligus musuhnya.

commons.wikimedia.org
commons.wikimedia.org
Merujuk sejarahnya, usia Palbapang bisa dibilang sudah tua. Nama Palbapang semakin dikenal sejak pada salah satu titik wilayah tersebut dibangun stasiun kereta api. Stasiun yang dihubungan rel kereta api dengan Stasiun Dongkelan dan Stasiun Ngabean. Maka semula orang-orang Sleman (Lor Negara) dan Kota Yogyakarta yang ingin datang ke Palbapang bisa menggunakan kereta api sebagai alat transportasi. Namun pada tahun 1973, Jawatan Kereta Api menghentikan pengoperasian kereta api dari Kota Yogyakarta menuju Palbapang tersebut.

commons.wikimedia.org
commons.wikimedia.org
Berpijak pada beberapa sumber, Stasiun Palbapang pula menghubungkan Stasiun Ngabean dengan wilayah Srandakan dan Pabrik Gula Sewu Galur di Kulonprogo. Namun rel yang menghubungkan Palbapang ke PG Sewu Galur sudah tidak bisa ditemukan, karena dibongkar Jepang untuk membuat jalur kereta api Romusha di Bayah dan Muaro-(Pekanbaru).

arsip.tembi.net
arsip.tembi.net
Berkaitan dengan jalur kereta api Yogyakarta-Palbapang. Di mana pada medio akhir tahun 2017, pernah mengemuka wacana menghidupkan jalur kereta api tersebut. Akan tetapi gagasan Suharsono (Bupati Bantul) tersebut dinilai oleh Tavip Agus Rayanto (Ketua Bappeda DIY) teramat dini. Selain usulan Suharsono tersebut dinilai Tavip belum tentu mendapat persetujuan dari Perseroan Terbatas Kereta Api Indonesia (PT KAI). Karenanya, gagasan tersebut tidak bisa drealisasikan dalam waktu dekat. Pengertian lain, gagasan tersebut bisa dijadikan program jangka panjang.

sejarahbantul.blogspot.co.id
sejarahbantul.blogspot.co.id
Terlepas dari gagasan Suharsono yang menimbulkan pro-kontra di lingkup pihak-pihak terkait dan masyarakat setempat, jalur kereta api Yogyakarta-Palbapang dengan stasiun-stasiun bercorak arsitektural warisan kolonial Belanda tersebut sangat menarik untuk dijadikan sebagai lokasi wisata sejarah perkereta-apian di Bantul dan Kota Yogyakarta.

Selain sebagai wisata sejarah, jalur kereta api Yogyakarta-Palbapang bisa dijadikan sebagai tujuan studi sejarah transportasi di era kolonial sejak pemerintahan Hindia Belanda hingga kedudukan Jepang di Indonesia. Hal ini penting. Agar generasi kelahiran di atas 70 atau 80-an semakin dapat memahami bagian sejarah Palbapang (Bantul) yang masih bisa disaksikan hingga kini.

-Sri Wintala Achmad-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun